kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kenaikan produksi mulai mengancam aluminium


Minggu, 10 April 2016 / 19:23 WIB
Kenaikan produksi mulai mengancam aluminium


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Prospek harga aluminium bisa terancam lagi. Sebab, produsen di China berencana kembali membuka smelter yang sebelumnya telah ditutup.

Mengutip Bloomberg, Jumat (8/4), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange ditutup naik 1,09% ke level US$ 1.520 per metrik ton. Sementara dalam sepekan terakhir, aluminium tergerus 1,04%.

Harga aluminium mencatat penguatan pada akhir pekan lalu setelah tertekan selama tiga hari berturut-turut. Tekanan harga aluminium disebabkan oleh rencana produsen China yang akan kembali membuka smelter.

Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, China mengaktifkan kembali smelternya karena melihat akan ada pemulihan permintaan. Sebelumnya, China menutup sebagian smelter aluminium guna mengurangi angka produksi di saat harga sedang turun. Kini, setelah harga kembali naik, China berencana meningkatkan produksi aluminium.

China Hongqiao sebagai produsen aluminium terbesar dengan kapasitas produksi 5,2 juta ton pada 2015 berencana meningkatkan kapasitas menjadi 6 juta ton tahun ini.

"Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi pergerakan harga ke depan," ujar Andri. Pasalnya, pembukaan kembali smelter menimbulkan kekhawatiran pasokan akan lebih besar dari permintaan.

Andri sebenarnya optimistis dengan peluang kenaikan permintaan aluminium tahun ini. Tetapi hal tersebut harus dibuktikan dengan data-data baik dari sektor industri manufaktur, kebutuhan rumah tangga, sektor konstruksi hingga properti. Terutama data-data dari China sebagai konsumen terbesar. "Apabila sektor tersebut dapat terus mengalami perbaikan hingga akhir tahun, maka akan positif untuk aluminium," lanjut Andri.

Andri memprediksi harga aluminium di akhir tahun ini akan berada di kisaran US$ 1.600 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×