kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi Profit Taking dan Rotasi Sektoral Jadi Penggerak Saham di Awal 2022


Kamis, 20 Januari 2022 / 18:11 WIB
Aksi Profit Taking dan Rotasi Sektoral Jadi Penggerak Saham di Awal 2022
ILUSTRASI. Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

Namun untuk tujuan investasi, selain karena harga yang sudah mengalami fase distribusi, Ivan mengingatkan pelaku pasar perlu selektif mencari saham yang berfundamental baik dengan sektor yang masih prospektif.

Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga menilai aksi profit taking dan perpindahan sektor menjadi faktor penentu. Saham-saham di sektor teknologi atau yang berkaitan dengan itu memang menjadi juara pada tahun lalu.

Namun, penguatan tersebut sudah terbatas. Sebagian pelaku pasar sudah melakukan profit taking sehingga mengalami penurunan harga. William pun masih merekomendasikan untuk wait and see.

"Kondisi jenuh jual mesti terjadi dulu, seperti pelemahan yang terbatas dan membentuk tren sideways setelah pelemahan tersebut," sebut William.

Sedangkan Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana lebih menyoroti ekspektasi para pelaku pasar. Wawan mengatakan, ekspektasi terhadap pendapatan atau pertumbuhan aset menjadi faktor utama pergerakan saham. Umumnya, saham yang naik tinggi bisa turun tajam dengan cepat ketika ekspektasi dinilai meleset.

Dalam kondisi ini, Wawan juga masih merekomendaskan untuk wait and see. Yang perlu dicatat, meski saham bergerak naik-turun, tapi dalam jangka panjang tetap akan mencerminkan kondisi fundamentalnya.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Analis untuk Saham Lapis Dua dan Tiga

Selain itu, perlu dicermati pula sektor-sektor lain yang memiliki ruang lebih besar untuk bertumbuh. Baik yang didukung oleh prospek bisnis maupun faktor kenaikan profitabilitas. 

"Tentu saja untuk investor yang yakin dengan prospek bisnis perusahaan tersebut, bisa melakukan akumulasi beli untuk long term. Tetapi tidak berarti saham valuasi murah akan segera naik, butuh katalis pendorong," terang Wawan.

Pada tahun 2022, terutama di masa awal tahun, Wawan memandang ada tiga faktor pendorong utama. Meliputi ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi, naiknya harga komoditas, serta faktor kesehatan yang menyangkut gelombang varian Omicron.

Mempertimbangkan hal tersebut, Wawan lebih menyarankan para pelaku pasar untuk fokus pada saham-saham di sektor keuangan, telekomunikasi, consumer goods, dan komoditas. Sedangkan saham di luar sektor tersebut bisa dikoleksi sebagai diversifikasi.

Sedangkan, dari sisi teknikal Ivan menilai bahwa sektor basic materials masih berpotensi menguat kembali. Saham di sektor ini diperkirakan hampir menyelesaikan fase koreksi sehingga memiliki harapan untuk berbalik pada tren positif, seperti pada SAMF.

Selanjutnya, sektor industrial secara teknikal juga berpotensi membentuk pembalikan tren. Saham yang bisa dilirik antara lain MLPL. "Namun tetap perlu diperhitungan level pembatasan risiko sesuai dengan profil investor sekalipun tujuannya untuk trading saja," pesan Ivan.

Di sisi lain, Ivan berpandangan bahwa saat ini sentimen negatif memang masih membayangi. Sebab, masih ada risiko ketidakpastian dari seberapa besar dampak penyebaran omicron dan langkah pemerintah terkait pembatasan mobilitas masyarakat (PPKM).

Jika kebijakan PPKM tidak seketat saat meledaknya varian delta, maka ada kemungkinan saham-saham di sektor ritel seperti MPPA, RALS, dan MAPI bakal terpapar sentimen positif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×