Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan jual asing yang sempat menghantam saham-saham yang didepak dari indeks MSCI seperti Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Kalbe Farma (KLBF), Ultrajaya Milk Industry & Trading Company (ULTJ), dan Selamat Sempurna (SMSM), dinilai mulai mereda.
Abida Massi Armand, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, menyebut bahwa aksi jual besar yang terjadi pada Senin (24/11/2025) kemarin sebagian besar merupakan tekanan teknikal akibat kewajiban rebalancing dana pasif.
Abida mencatat, penjualan bersih terbesar terjadi pada KLBF sebesar Rp 753,54 miliar dan ICBP sebesar Rp 739,02 miliar.
“Ini murni efek teknikal yang inelastis, tapi untuk ICBP tekanannya diperparah oleh sentimen fundamental negatif, seperti revisi target pendapatan 2025 yang turun ke single digit rendah, tekanan margin, serta risiko rugi kurs,” jelasnya kepada Kontan, Rabu (26/11/2025).
Baca Juga: IHSG Terkoreksi Disertai Net Sell Asing, Cek Saham yang Banyak Dijual di Akhir Pekan
Sementara ULTJ dan SMSM dinilai lebih banyak terkena noise teknikal ketimbang faktor fundamental.
Tekanan teknikal ini disebut cepat mereda. Pada Selasa (25/11/2025), atau hari efektif setelah rebalancing, aliran dana asing berbalik positif.
Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 96 miliar pada saham KLBF dan Rp109 miliar pada saham ICBP.
Menurut Abida, perubahan drastis ini menandakan fase jual paksa sudah selesai dan menciptakan kondisi oversold yang membuka ruang rebound jangka pendek, khususnya untuk saham dengan fundamental kuat.
Sejumlah saham eks-MSCI juga tercatat menguat pasca rebalancing. Abida menilai penguatan ini berpotensi berlanjut karena mulai terjadi akumulasi oleh investor aktif yang memanfaatkan penurunan teknikal.
Baca Juga: Kinerja Saham Lapis Kedua Mulai Tersendat, Begini Saran Analis
“Selama katalis fundamental tetap solid dan melebihi ekspektasi pasar, tren akumulasi ini bisa mendorong penguatan harga yang lebih berkelanjutan,” katanya.
Dari sisi valuasi, koreksi yang terjadi justru membuka peluang menarik. Abida menilai ULTJ menjadi saham paling atraktif secara fundamental.
Saat ini, price to earnings ratio ULTJ berada di 12,44 kali, lebih rendah dari rata-rata historis lima tahun di 15,6 kali.













