Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .
"Harapannya, vaksin ke depan akan diproduksi, ekonomi bisa kembali pulih dan tidak perlu ada addendum lainnya. Jadi jaminan cashflow di masa mendatang juga lebih baik," ungkapnya.
Dalam menyikapi kondisi saat ini, Wawan menganjurkan investor untuk menghitung ulang ketentuan dan risiko saat masuk ke instrumen EBA SP. Selain itu perlu diingat juga, bahwa cashflow bukanlah hal yang pasti, sehingga perlu diperhatikan cashflow seperti apa, jaminannya, serta yang menjadi aset dasar perusahaan mengeluarkan instrumen tersebut.
"Kasus pandemi saat ini sangat spesial, tapi investor bisa melihat ulang dan menganalisa lebih dalam untuk melihat prospek EBA ke depan. Bukan berarti dihindari, tapi melihat prospeknya," jelas Wawan.
Dia juga menekankan, jika ke depan terjadi addendum lagi, maka perlu dipastikan bahwa itu terjadi karena faktor pandemi. Investor yang sudah masuk ke produk EBA diharapkan untuk lebih bersabar dan perlu melihat rencana penerbit untuk 2-3 tahun ke depan.
Di samping itu, Wawan mengakui bahwa sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sektir yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Begitu juga dengan sektor properti yang mengalami penurunan penjualan, penyewaan dan permintaan tahun ini. Bahkan, Wawan menilai tidak menutup kemungkinan tahun ini akan ada addendum-addendum lainnya.
"Addendum lainnya bisa dari sektor mana saja. Pada dasarnya, investor harus mencermati dan nomor 1 pastikan penerbit ngga collaps. Sepanjang perusahaan masih berdiri dan berbisnis, harapan pemulihan tetap ada," jelas Wawan.
Selanjutnya: Prospek KIK EBA di tengah pandemi Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News