kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Addendum EBA jadi pilihan amankan investor saat pandemi


Minggu, 25 Oktober 2020 / 20:15 WIB
Addendum EBA jadi pilihan amankan investor saat pandemi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI)./pho KONTAN/Carolus Agus waluyo/16/10/2020.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah addendum dokumen efek beragun aset (EBA) yang dilakukan beberapa perusahaan akibat pandemi akhir-akhir ini, diharapkan bisa menjadi sentimen positif, khususnya memberikan rasa aman kepada para investor.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, langkah addendum dokumen EBA cukup baik dilakukan demi menjaga hak investor agar tidak merugi. Di sisi lain, kondisi tersebut sekaligus menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah berpengaruh banyak terhadap perekonomian dan perusahaan.

"Addendum merupakah langkah untuk menjaga investor. Investor bisa lebih tenang karena cashflow lebih fix. Cuman, kalau ini berlanjut, (kinerja) perusahaan bisa ikut terpengaruh," kata Wawan kepada Kontan, Minggu (25/10).

Kabarnya, Sarana Multi Finance (SMF) berencana melakukan addendum dokumen transaksi terkait sejumlah EBA-SP yang mereka bentuk. Upaya tersebut dilakukan lantaran pandemi Covid-19 membuat rasio kredit macet (NPL) dari kumpulan tagihan sejumlah EBA mengalami peningkatan.

Baca Juga: Walau ada pandemi corona, banyak bank masih bisa naik kelas di tahun ini

Kondisi tersebut tentunya dapat mempengaruhi penerimaan hasil penagihan bunga pada rekening bunga dan penagihan pokok pada rekening pokok. Menangapi kondisi tersebut, SMF dikabarkan bersedia untuk menyetor sejumlah dana tambahan agar pembayaran ke investor lancar, dan itu memerlukan addendum.

Sebelumnya, ada juga EBA milik Garuda Indonesia (GIAA) yang kesulitan bayar dan kesulita menambah modalnya. Perusahaan transportasi plat merah tersebut akhirnya melakukan addendum untuk produk EBAnya.

Secara umum, EBA merupakan produk investasi bebasis surat utang dengan jaminan aset keuangan perusahaan kepada investor. Untuk EBA GIAA, yang jadi jaminan adalah hasil penjualan tiket umrah, dimana jika tanpa kehadiran Covid-19 cashflownya hampir bisa dikatakan aman. Begitu juga pada EBA SMF sendiri, yang menjadi jaminannya yakni tagihan komersialnya pada kredit perumahan.

"Harapannya, vaksin ke depan akan diproduksi, ekonomi bisa kembali pulih dan tidak perlu ada addendum lainnya. Jadi jaminan cashflow di masa mendatang juga lebih baik," ungkapnya.

Dalam menyikapi kondisi saat ini, Wawan menganjurkan investor untuk menghitung ulang ketentuan dan risiko saat masuk ke instrumen EBA SP. Selain itu perlu diingat juga, bahwa cashflow bukanlah hal yang pasti, sehingga perlu diperhatikan cashflow seperti apa, jaminannya, serta yang menjadi aset dasar perusahaan mengeluarkan instrumen tersebut.

"Kasus pandemi saat ini sangat spesial, tapi investor bisa melihat ulang dan menganalisa lebih dalam untuk melihat prospek EBA ke depan. Bukan berarti dihindari, tapi melihat prospeknya," jelas Wawan.

Dia juga menekankan, jika ke depan terjadi addendum lagi, maka perlu dipastikan bahwa itu terjadi karena faktor pandemi. Investor yang sudah masuk ke produk EBA diharapkan untuk lebih bersabar dan perlu melihat rencana penerbit untuk 2-3 tahun ke depan.

Di samping itu, Wawan mengakui bahwa sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sektir yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Begitu juga dengan sektor properti yang mengalami penurunan penjualan, penyewaan dan permintaan tahun ini. Bahkan, Wawan menilai tidak menutup kemungkinan tahun ini akan ada addendum-addendum lainnya.

"Addendum lainnya bisa dari sektor mana saja. Pada dasarnya, investor harus mencermati dan nomor 1 pastikan penerbit ngga collaps. Sepanjang perusahaan masih berdiri dan berbisnis, harapan pemulihan tetap ada," jelas Wawan.

Selanjutnya: Prospek KIK EBA di tengah pandemi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×