Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Alasannya, likuiditas harian emiten-emiten tersebut, terutama DNAR dan TNCA, ia lihat kurang menarik. Sementara TRIS menunjukkan likuiditas harian yang sedikit lebih bagus dibanding dua emiten lainnya.
Di sisi lain, bagi yang sudah memiliki saham-saham ini, ia menyarankan untuk membelinya apabila khawatir terdilusi. "Akan tetapi, investor juga bisa menjalankan strategi untuk membeli setengah saja dan yang setengahnya lagi dijual saja rights-nya," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (18/11).
Baca Juga: Tunggu calon mitra strategis, rights issue Central Omega (DKFT) belum terealisasi
Meskipun begitu, ia menilai tujuan penggunaan dana hasil rights issue ini tergolong positif karena untuk akuisisi dan pengembangan usaha.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menggunakan, parameter harga pelaksanaan untuk melihat menarik atau tidaknya suatu rights issue. "Yang harga pelaksanaannya lebih rendah dari harga di pasar saat ini akan lebih menarik. Oleh karena itu, DNAR lebih saya rekomendasikan untuk dieksekusi rights issue-nya," kata dia.
Selain itu, ia juga melihat tujuan penggunaan dana rights issue DNAR cukup positif, yakni untuk ekspansi kredit yang berpotensi mencatatkan pertumbuhan kinerja dalam jangka panjang. Sementara itu, harga pelaksanaan TRIS dan TNCA yang berada di atas harga pasar ia anggap kurang menarik.
Baca Juga: Totalindo Eka Persada (TOPS) berencana rights issue Rp 4 miliar saham
Meskipun begitu, ia peluang menarik dengan rencana akuisisi TRIS terhadap BELL karena berpotensi menaikkan harga kedua saham tersebut. "Akan tetapi, sektor tekstil sedang lesu jadi untuk prospek jangka panjang belum terlihat menjanjikan," ungkapnya.
Bagi yang belum memiliki saham-saham tersebut, William menyarankan untuk wait and see dengan melihat respons pasar. Pasalnya, menurut dia, saham ketiga emiten ini tidak likuid sehingga investor perlu menunggu hingga volume perdagangannya meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News