Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten telco di tahun 2023 diprediksi masih akan positif. Pertumbuhan itu masih akan berlanjut di tahun 2024. Hal itu terlihat dari data pendapatan per user (blended ARPU) emiten telco yang tumbuh.
Adanya rencana penggabungan usaha alias merger PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) diprediksi akan membawa peta baru persaingan di sektor telekomunikasi, khususnya seluler di Indonesia.
Dari sisi aset, hasil merger antara FREN dan EXCL diprediksi akan menghasilkan perusahaan telekomunikasi dengan aset terbesar kedua setelah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Tetapi jika dilihat dari jumlah pengguna, hasil penggabungan kedua emiten ini masih berada di posisi ketiga setelah TLKM dan PT Indosat Hutchinson Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT).
Selain itu, beberapa analis mengatakan bahwa semakin mengerucutnya jumlah pemain di bisnis telekomunikasi, maka kompetisi yang akan hadir juga perlu diwaspadai, sebab akan berbeda dengan sebelumnya.
Baca Juga: Begini Tanggapan XL Axiata (EXCL) Soal Rencana Merger dengan Smartfren Telecom (FREN)
Untuk itu, berikut rekomendasi saham-saham emiten sektor konstruksi yang dapat dicermati, simak ulasannya:
1. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Won Jonghoon menyebutkan bahwa pendapatan TLKM di kuartal I-2024 naik 3,7% secara year on year (YoY) menjadi Rp 37,4 triliun. Sedangkan untuk laba bersihnya terpengaruh oleh kerugian revaluasi dari posisi GOTO. Kemudian, penurunan ARPU terjadi terus menerus.
Namun, Jonghoon mengatakan, baik pengguna seluler dan pengguna IndiHome jumlahnya meningkat di 1Q24, ditambah dengan pertumbuhan yang berarti dari muatan data. Selain itu, Telkomsel tetap menjadi pemimpin yang tak terbantahkan di antara para penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia, terutama dalam hal jangkauan layanan.
Meskipun operator lain secara agresif melakukan ekspansi ke luar Jawa dan daerah pedesaan, Telkomsel masih mempertahankan keunggulan yang signifikan dalam hal cakupan.
- Rekomendasi: Buy
- Target harga: Rp 4.000
Baca Juga: Merger FREN dan EXCL Menggambarkan Ketatnya Kompetisi Bisnis Telekomunikasi
2. PT Indosat Tbk (ISAT)
Analis CGS CIMB Sekuritas Bob Setiadi mengungkapkan, kinerja ISAT di tahun ini masih berpotensi tumbuh positif. Hal ini seiring dengan laba bersih ISAT di 1Q24 yang naik 39% YoY, atau sebesar Rp 1,3 triliun.
Selain itu, dia mengatakan bahwa tidak ada keuntungan yang bersifat one-off di 1Q24, sehingga laba bersih inti ISAT juga mencapai Rp1,3 triliun, naik 339% YoY (-6% QoQ), berkat peningkatan di semua segmen bisnisnya. Pada 1Q24, ISAT juga membukukan EBITDA sebesar Rp 6,5 triliun atau naik 22% YoY.
Kemudian, pendapatan ISAT di 1Q24 naik menjadi Rp 13,8 triliun atau naik 16% YoY, karena trafik data yang meningkat 14% YoY menjadi 3.858PB. ISAT juga membalikkan tren penurunan jumlah pelanggan dengan menambah 2,3 juta pelanggan di 1Q24 karena ekspansi ke daerah pedesaan.
Namun, pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) menurun secara kuartalan dari Rp 38,5 ribu di 4Q23 menjadi Rp 37,5 ribu di 1Q24 sedangkan pada 1Q2023 mencapai hingga Rp 32,9 ribu.
“Ditambah biaya pemasaran ISAT mencapai Rp 216 miliar di 1Q24 (3,8% dari pendapatan, lebih tinggi dari target manajemen di bawah 3%), karena ekspansi ke daerah pedesaan dan kampanye Ramadan yang lebih awal,” kata Bob dalam risetnya, 30 April 2024.
- Rekomendasi: Hold
- Target harga: Rp 11.900
Baca Juga: Analis Sebut Aksi Merger EXCL-FREN Belum Bisa Melampaui TLKM
3. PT XL Axiata Tbk (EXCL)
Research Analyst PT BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan, laba bersih XL pada 1Q24 sebesar Rp 539 miliar atau naik 168% YoY. Hal ini disebabkan oleh momentum pendapatan yang positif yakni mencapai Rp 8,4 triliun, atau naik 11,8% YoY, dengan EBITDA sebesar Rp 4,5 triliun.
“XL juga mengakhiri kuartal I-2014 dengan sewa pembiayaan yang lebih rendah, sehingga beban bunga juga lebih rendah,” kata Niko dalam riset, 30 April 2024.
Selain itu, XL mencatatkan peningkatan ARPU secara berurutan menjadi Rp 44 ribu atau naik 10,0% YoY, yang disebabkan oleh perbaikan harga pada 23 November lalu dan penghapusan subsidi tersembunyi pada 1Q24.
XL di tahun ini juga bertujuan ingin mendapatkan lebih banyak pelanggan pada aplikasi digitalnya (30,3 juta pengguna aktif +1,1% qoq, +4,2% YoY) untuk menjual paket data yang lebih baik dan disesuaikan untuk meningkatkan ARPU.
- Rekomendasi: Buy
- Target harga: Rp 3.300
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News