kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi Saham Sektor Barang Baku Saat Emiten Nikel, Kimia, Kertas & Baja Melaju


Rabu, 13 Maret 2024 / 20:49 WIB
Rekomendasi Saham Sektor Barang Baku Saat Emiten Nikel, Kimia, Kertas & Baja Melaju
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham saat emiten sektor barang baku melesat


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,53% ke posisi 7.421,20 pada perdagangan Rabu (13/3). IHSG bahkan sempat melejit menembus level tertinggi (all time high) di 7.441,61. Saham di sektor barang baku (basic materials) menjadi motor penggerak lonjakan IHSG.

Saham barang baku melaju paling kencang dengan penguatan harian indeks sektoral mencapai 2,61%. Barisan saham emiten berskala jumbo dari bidang usaha tambang logam mineral (nikel, tembaga dan timah), industri kimia, kertas dan baja kompak melaju.

Sekadar contoh, tengok saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang menguat 3,28% dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang naik 3,51%. Duo Grup Barito di industri kimia, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) kompak melompat masing-masing naik 1,49% dan 11,66%.

Duo Merdeka, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga menguat dengan kenaikan 1,69% dan 1,87%. Emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) tak mau ketinggalan dengan lonjakan harga 7,77% dan 7,43%.

Baca Juga: Harga Nikel Turun, Begini Kata Merdeka Battery (MBMA)

Emiten kertas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan emiten baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) turut melesat, naik 2,10% dan 6,25%. Selain itu, ada PT Timah Tbk (TINS) yang mulai berbalik menanjak dengan kenaikan harian 13,70%. Sebelumnya, saham emiten emas telah melaju cukup kencang.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengamati akselerasi saham sektor barang baku terdongkrak kenaikan harga komoditas tambang global, seperti nikel yang kembali rebound setelah setahun terakhir mengalami koreksi. Sementara itu, ketidakpastian global yang masih membayangi dalam aspek ekonomi dan geopolitik turut memoles permintaan emas sebagai aset safe haven. 

Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Ayu Dian menambahkan perkembangan industri Artificial Intelligence (AI) akan turut menggairahkan kembali permintaan dan harga komoditas logam & mineral. Pasalnya, industri AI sangat memerlukan semikonduktor yang bahan bakunya berasal dari komoditas tambang mineral.

"Namun kami melihat sentimen ini perlu dicermati lagi perkembangannya karena outlook dari harga komoditas yang masih akan cenderung moderat pada tahun ini," kata Ayu kepada Kontan.co.id, Rabu (13/3).

Sedangkan Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menyoroti rilis data inflasi China bulan Februari 2024 yang berada di atas estimasi konsensus. Menjadi salah satu tanda adanya perbaikan ekonomi China yang sebelumnya menghadapi tantangan deflasi sejak September 2023.

Sebagai salah satu negara dengan konsumsi tertinggi, sinyal pemulihan ekonomi China menjadi angin segar bagi pasar dan harga komoditas tambang global. "Sentimen positif karena ada indikasi pulihnya permintaan di ekonomi China dan bergeliatnya aktivitas industri," ujar Felix.

Baca Juga: Harga Nikel Tertekan, Simak Prospek Kinerja Emiten Nikel di Tahun Ini

Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya sepakat, data ekonomi China sebagai konsumen utama memiliki peranan penting bagi pasar komoditas dunia. Situasi ini akan menjadi katalis penting bagi prospek kinerja maupun pergerakan saham emiten barang baku.

Di samping faktor global, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan bahwa faktor domestik juga punya peranan penting. Seperti keberlanjutan megaproyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan memacu kinerja bagi emiten baja yang terkait kebutuhan infrastruktur.

Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga sepakat, katalis dari dalam negeri punya dampak yang penting bagi sektor barang baku. Hasil dari Pemilihan Presiden (Pilpres) yang membawa komitmen keberlanjutan program pembangunan pemerintah menjadi hal krusial bagi kelanjutan proyek IKN dan penguatan produk hilirisasi tambang.

"Investor disarankan untuk memantau perkembangan kebijakan dan proyek-proyek pembangunan terkait agar dapat mengidentifikasi peluang investasi yang menguntungkan dalam sektor ini," kata Aditya.

Meski berpeluang melanjutkan penguatan, namun Miftahul mengingatkan sentimen penting berikutnya adalah rilis kinerja keuangan masing-masing emiten. Hal ini bakal menentukan arah pergerakan saham emiten barang baku dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Cheril mengingatkan, pelaku pasar perlu selektif memilih saham dan menentukan momentum. Dia menyoroti emiten petrokimia yang berpotensi mengalami profit taking usai kenaikan yang signifikan. Sedangkan emiten komoditas yang kinerjanya tertinggal seperti nikel dan emas, masih berpotensi kembali melaju.

Sedangkan Ayu menyarankan agar tidak terlalu agresif. Sehingga perlu membatasi risiko karena sebagian pergerakan harga saham sektor barang baku sangat sensitif terhadap tren harga komoditas global yang masih volatile.

Dus, Ayu pun merekomendasi untuk mengambil posisi hold terlebih dulu. Sementara itu, Cheril menyodorkan saham MBMA (target harga: Rp 600, stoploss: Rp 520) dan saham ANTM (target harga: Rp 1.800, stoploss: Rp 1.550).

 

Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan speculative buy BRPT dengan target harga di Rp 1.090 - Rp 1.180. Kemudian, cermati adanya peluang buy on weakness pada saham ANTM dan MDKA dengan target harga masing-masing di level Rp 1.645 - Rp 1.740 dan Rp 2.490 - Rp 2.550.

Miftahul menyematkan rekomendasi buy untuk saham ANTM (target harga Rp 1.970), trading buy saham MDKA (target resistance di harga Rp 2.880). Kemudian trading pada saham INKP dengan strategi buy on weakness di harga Rp 8.400 untuk target harga di kisaran Rp 9.000.

Felix menyematkan rekomendasi buy untuk saham MDKA dan ANTM dengan target masing-masing di Rp 3.000 dan Rp 2.200. Sementara Aditya menyarankan sell on strength saham TPIA, trading buy INCO (target harga Rp 4.440), dan buy on support MBMA (target harga Rp 575).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×