Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas kembali melemah. Berdasarkan Trading Economis, harga emas turun 0,48% ke level US$ 2.348,7 per ons troi pada Senin (13/5) pukul 19.15 WIB. Meski begitu, harga emas diprediksi masih bisa menguat. Pasalnya, dalam sepekan terakhir, harga emas naik 0,8%.
Analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan bahwa harga emas secara garis besar masih kuat menanjak. Dia memprediksi penurunan harga emas yang terjadi saat ini hanya dalam jangka pendek dan perlu untuk diperhatikan.
Fischer mengatakan, harga emas masih bisa menguat karena konflik di Timur Tengah belum usai dan kembali memanas. Israel telah menyerang Rafah dan inilah yang membuat investor cenderung memilih aset safe haven seperti emas.
Untuk itu, dia memprediksi harga emas masih berpotensi akan terus menguat. Menurutnya, meskipun terdapat beberapa penahanan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti meningkatnya selera risiko investor, potensi kenaikan harga emas masih sangat mungkin terjadi.
“Hal ini menawarkan peluang investasi menarik bagi para investor yang mencari aset yang stabil dalam kondisi pasar yang bergejolak,” kata Fischer kepada Kontan.co.id, Senin (13/5).
Dia memprediksi harga emas bisa mencapai US$ 2.440 per ons troi-US$ 2.500 per ons troi dalam beberapa minggu kedepan. Selain itu, dia menilai bahwa waktu yang tepat untuk mengkoleksi emas yakni, saat harganya berada di kisaran US$ 2.344 per ons troi-US$ 2.348 per ons troi.
“Setelah menyentuh di area harga tersebut, harga emas diprediksi akan cenderung naik kembali,” kata dia.
Baca Juga: Harga Emas Bertahan di US$ 2.300-an, Masih Bisa Dibeli atau Tunggu Koreksi
Analis Research and Development ICDX Rivanda Alwan mengatakan, optimisme pasar pada kemungkinan pemotongan suku bunga AS pasca rilisnya data pasar pekerja Amerika yang lemah menjadi salah satu penyokong potensi kenaikan harga emas.
“Hal ini mengindikasikan melemahnya perekonomian Amerika dan hal ini diduga dapat memaksa bank sentral untuk menurunkan suku bunganya,” kata Rivanda kepada Kontan.co.id, Senin (13/5).
Sentimen lainnya datang dari peningkatan permintaan emas global, utamanya permintaan dari pembeli di Asia yang dilaporkan oleh World Gold Council (WGC). Ketegangan di Timur Tengah menjadi sorotan dan turut mempengaruhi nilai emas sebagai safe-haven asset.
Meski begitu, sampai saat ini, The Fed masih melontarkan pernyataan hawkish. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa The Fed berada di jalur yang tepat untuk melakukan satu kali penurunan suku bunga pada tahun 2024.
Rivanda menyebutkan pada akhir pekan ini, Indeks Harga Konsumen (CPI), Indeks Harga Produsen (PPI), dan Penjualan Ritel AS akan menjadi sorotan pasar dan mungkin memberikan beberapa petunjuk mengenai prospek inflasi dan ekonomi Amerika Serikat.
Dia pun memprediksi, secara teknis harga emas pada kuartal kedua ini berpeluang menemui resistance terdekat pada level US$ 2.390 per ons troi, dan resistance terjauhnya pada level US$ 2.450 per ons troi.
Namun, apabila menemui katalis negatif, maka harga emas berpotensi menemui support terdekat pada level US$ 2.294 per ons troi dan support terjauhnya berada di level US$ 2.188 per ons troi.
“Sentimen penggerak harga emas saat ini masih dipengaruhi oleh data inflasi dan perekonomian Amerika Serikat, tensi dari konflik geopolitik yang sedang terjadi, serta permintaan emas utamanya dari Asia sebagai konsumen terbesar,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News