Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ekspektasi membaiknya industri properti pada tahun ini sepertinya masih sulit terealisasi. Stimulus pemerintah tidak bisa instan mendongkrak permintaan properti. Itu sebabnya, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) masih bertumpu pada pendapatan berulang alias recurring income.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yudi Ilhamsyah mengatakan, stimulus bagi industri properti memang menghembuskan angin segar. Tapi, hal itu tidak serta merta membalikkan kondisi permintaan yang sedang lesu.
Apalagi, masih ada beberapa poin mengganjal. Misalnya, terkait kepemilikan properti oleh asing. Sifatnya hanya memperpanjang status penggunaan, bukan mengubah status menjadi hak milik. Ini menjadi kurang menarik.
Sebab ketika pemilik properti (investor asing) mencari pinjaman bank, akan diminta jaminan seperti sertifikat properti. Sementara, bank lebih suka sertifikat hak milik. "Jadi, stimulus ini sulit mengerek signifikan permintaan dari asing," papar Yudi.
Apalagi, sejauh ini, porsi segmen konsumen asing di PWON porsinya tidak terlalu besar. Sekarang, satu-satunya katalis positif bagi PWON masih dari segmen recurring income.
Hingga saat ini, perseroan masih memegang predikat emiten properti dengan recurring income terkuat. Laporan keuangan PWON kuartal III-2015 menunjukkan, porsi recurring income sebesar 48%.
Tahun ini, perusahaan sedang mengejar supaya porsi recurring income dan development income bisa imbang alias 50:50.
Analis Maybank Kim Eng Securities Aurellia Setiabudi menilai, tahun ini PWON belum bisa lepas landas. Ia mengacu pada target pra penjualan alias marketing sales PWON tahun ini yaitu Rp 3,1 triliun.
Angka tersebut sama seperti target marketing sales tahun lalu. Selain itu, anggaran belanja modal alias capital expenditure tahun ini sama seperti tahun lalu, yaitu Rp 2 triliun. Anggaran tersebut fokus untuk proyek-proyek yang sudah berjalan, seperti perluasan Supermall Pakuwon Indah dan Superblok Kota Kasablanka 3.
"Tapi PWON masih memiliki sisi bullish jika melihat profitabilitas yang lebih superior ketimbang para pesaingnya," kata Aurellia, dalam riset 29 Januari 2016.
Potensi recurring income juga masih bisa jadi daya tarik PWON. Sebab, pendapatan berulang bisa memproteksi pemasukan PWON ketika industri properti tidak mampu rebound sesuai harapan.
Tingkat rental rate
Meski demikian, analis J.P. Morgan Felicia Tandiyono mencatat, PWON termasuk emiten properti yang tidak bisa lepas dari imbas depresiasi rupiah. Recurring income memang jadi daya tarik karena posisinya lebih defensif. Apalagi, okupansi mal milik PWON selalu di level tertinggi.
"Tapi, kami melihat siklus tingginya rental rate mal sudah mulai berakhir saat ini," tulis Felicia, dalam riset 15 Januari 2016 lalu. Dengan proyeksi tersebut, ketiga analis memberi rekomendasi berbeda. Felicia mematok underweight dengan target harga Rp 400 per saham.
Sementara, Yudi masih mempertahankan rekomendasi hold dengan target harga Rp 465 per saham. Aurellia merekomendasikan buy dengan target Rp 570.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News