Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara pada Selasa (21/2) membukukan penawaran masuk sebesar Rp 10,38 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap dana Rp 6,01 triliun. Jumlah dana yang diserap sesuai target indikatif yang dipatok Rp 6 triliun.
Nominal tersebut lebih rendah ketimbang total penawaran pada lelang sukuk sebelumnya 7 Februari 2017 yang mencapai Rp 19,36 triliun dengan dana yang dimenangkan Rp 7,57 triliun.
Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, pemerintah menyerap dana dari empat seri sukuk negara yang dilelang.
Pertama, dari seri SPNS08082017, pemerintah menyerap Rp 2,55 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 5,5% dan imbalan diskonto. Jumlah penawaran yang masuk untuk instrumen tersebut sebanyak Rp 4,53 triliun dengan yield tertinggi 6,5% dan yield terendah 5,34%.
Kedua, melalui seri PBS013 diserap dana sebesar Rp 2,82 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,08% dan imbalan 6,25%. Sukuk tersebut mencetak penawaran Rp 3,32 triliun dengan yield tertinggi 7,53% dan yield terendah 6,96%.
Ketiga, PBS014 menyerap dana Rp 165 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,44% dan imbalan 6,5%. Sukuk tersebut memperoleh penawaran Rp 500 miliar dengan yield tertinggi 7,59% dan yield terendah 7,4%.
Keempat, PBS011 menyerap dana Rp 480 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,87% dan imbalan 8,75%. Instrumen tersebut mengoleksi penawaran Rp 1,19 triliun dengan yield tertinggi 7,96% dan yield terendah 7,81%.
Sementara, pemerintah tidak memenangkan penawaran yang masuk untuk seri PBS012. Padahal sukuk tersebut meraih penawaran Rp 834 miliar dengan yield tertinggi 8,4% dan yield terendah 8,31%.
Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst PT Infovesta Utama menilai, penurunan jumlah penawaran lelang sukuk negara disebabkan katalis negatif yang tengah mendera pasar obligasi dalam negeri. Lihat saja performa pasar surat utang domestik (Indonesia Composite Bond Index) pada Selasa (21/2) yang koreksi 0,1% dibandingkan hari sebelumnya ke level 213,63.
Tekanan bersumber dari antisipasi pelaku pasar terhadap peningkatan inflasi Indonesia tahun ini. “Inflasi bulan lalu memang naik belum tinggi, tapi ada kecenderungan naik. Ada kekhawatiran kenaikan inflasi akan memicu Bank Indonesia (BI) untuk ikut menaikkan suku bunga,” paparnya.
Beruntung, BI masih mempertahankan suku bunga BI 7-Day reverse repo rate di level 4,75% pada pertemuan 16-17 Februari 2017. Kendati demikian, jika inflasi Indonesia tahun ini melebihi target yang dipatok 4%-4,5%, ada peluang bagi BI untuk mengerek suku bunganya.
Koreksi pasar surat utang pun memicu kenaikan yield. “Market pun mengantisipasi. Mereka minta yield yang lebih tinggi dalam lelang sukuk hari ini,” jelas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News