kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Asing serbu sukuk negara


Kamis, 16 Februari 2017 / 07:53 WIB
Asing serbu sukuk negara


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara cukup atraktif bagi investor asing di awal tahun ini. Hal tersebut terlihat dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 10 Februari 2017, di mana asing menggenggam SBSN domestik Rp 14,08 triliun atau setara dengan 5,34% dari total SBSN yang dapat diperdagangkan.

Jumlah tersebut melesat 58,74% dari posisi akhir Desember 2016 yang mencapai Rp 8,87 triliun. Namun meski tumbuh tinggi, jumlah kepemilikan asing di SBSN relatif kecil jika dibandingkan dengan dana asing di surat utang negara (SUN) yang mencapai Rp 671,18 triliun.

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menuturkan, kenaikan kepemilikan asing di SBSN disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dari internal, pasar pendapatan tetap mendapat angin segar dari perekonomian domestik yang semakin membaik.

Hal tersebut tercermin dari keputusan lembaga pemeringkat Moodys Investors Service meningkatkan outlook surat utang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi positif pada 8 Februari 2017. Moodys juga mempertahankan peringkat surat utang Indonesia di level Baa3, yang merupakan level layak investasi.

Sebelumnya Fitch lebih dulu menaikkan outlook surat utang Indonesia dari stabil menjadi positif. "Tentu, keputusan tersebut secara psikologis berpeluang mempengaruhi keputusan S&P menaikkan peringkat Indonesia menjadi investment grade pada pertengahan tahun nanti," ujar Beben.

Sentimen negatif dari global juga tidak terlalu besar di awal tahun ini. Dampaknya, nilai tukar rupiah dalam negeri masih terkendali dengan pergerakan di kisaran Rp 13.300.

Momentum tersebut dimanfaatkan investor asing untuk mengakumulasi sukuk negara, pasca pasar tertekan di Oktober dan November 2016. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, kinerja SBSN di Oktober 2016 minus 0,39% dan November 2016 minus 2,74%.

Sementara rata-rata imbal hasil investasi di sukuk per 13 Februari 2017 mencapai 2,2% bila dihitung sejak awal tahun. "Faktor tersebut diduga membuat kepemilikan asing di SBSN naik," kata Beben.

Jenuh beli

Beben berpendapat, prospek investasi sukuk ke depan akan dipengaruhi sentimen Trump Effect dan kebijakan The Fed. Ekonomi Eropa dan Tiongkok yang masih kurang baik juga akan mempengaruhi keputusan investasi investor asing. Kepemilikan asing di SBSN diprediksi turun akhir tahun nanti. Apalagi pasar SBSN sudah jenuh beli.

Secara konservatif, Beben memprediksi kepemilikan asing di SBSN 2017 ini tumbuh 5%-10%. Sedangkan rata-rata imbal hasil sukuk sepanjang tahun ini sekitar 7%-8%.

Desmon Silitonga, Analis Capital Asset Management, juga berpendapat, kepemilikan asing di SBSN berpotensi menanjak di waktu mendatang. Dengan catatan, inflasi dalam negeri tetap terkendali di level 4%.

"Meskipun pertumbuhan SBSN melesat, secara nominal masih terbilang kecil dibandingkan dengan Surat Utang Negara (SUN), karena asing lebih suka yang likuiditasnya tinggi," papar Desmon.

Ia memprediksi, kepemilikan SBSN oleh investor asing akan tumbuh 5%-7% tahun ini. Sedangkan yield SUN bertenor 10 tahun diperkirakan sekitar 7,2%-7,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×