kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Waspada koreksi harga minyak setelah naik tajam


Selasa, 16 Januari 2018 / 19:17 WIB
Waspada koreksi harga minyak setelah naik tajam
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terus melonjak, efek pangkas produksi oleh negara pengimpor minyak (OPEC) akhirnya mulai terasa dan sebabkan harga komoditas ini stabil di atas US$ 60 per barel. Adapun China bakal menjadi faktor besar penentu harga minyak.

Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate hari Selasa (16/1) di bursa New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk kontrak pengiriman Februari 2017 pada pukul 14:56 naik 0,23% ke level US$ 64,45 per barel. Angka ini menjadi posisi tertinggi sejak Juni 2015.

Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures menyatakan tingkat kepatuhan negara OPEC cukup tinggi. Terlihat semua negara anggotanya melakukan pemangkasan produksi sehingga menciptakan keseimbangan harga. Apalagi, Amerika Serikat yang kerap menjadi momok sentimen negatif sekarang terlihat terus mengurangi pasokan minyaknya selama musim dingin ini.

"Terjadi keseimbangan saat OPEC pangkas produksi sedangkan persediaan minyak AS lagi turun dan kebutuhan minyak tetap tinggi," jelas Deddy.

Ingat saja, pangkas produksi OPEC mengharuskan negara anggotanya dan Rusia untuk menahan tingkat produksi hingga maksimal 1,8 juta barel per hari hingga akhir 2018. Deddy menambahkan, apalagi baru-baru ini pemerintahan Irak juga ikut menyuarakan dukungan untuk memperpanjang pangkas produksi OPEC untuk menstabilkan harga minyak.

Persedian minyak AS terlihat menurun berdasar rilis Energy of Information Administratioan (EIA) yang mencatatkan adanya penurunan pasokan sebanyak 4,9 juta barel pada sepekan hingga 5 Januari. Adapun impor minyak mentah AS pada minggu tersebut turun 308.000 barel per hari dibandingkan seminggu sebelumnya. Akibatnya, risiko tekanan harga dari AS bisa melambat untuk sesaat. Tak lupa, momentum tahun baru China kerap disambut dengan aksi beli besar terutama menjelang libur panjang Imlek dan bisa sebabkan harga minyak melaju kencang.

"Pasar nanti harus melihat apakah pangkas produksi OPEC bisa memenuhi permintaannya China di Imlek nanti," jelas Deddy. Atas pertimbangan tersebut, ia memperkirakan harga minyak hingga akhir kuartal I-2018 dapat berada di posisi US$ 65 per barel.

Secara teknikal, Deddy melihat harga bisa koreksi lantaran sudah menguat terlalu tajam. Untuk pergerakan esok (17/1), ia perkirakan harga minyak mentah akan berada dalam rentang US$ 63,40 - US$ 65 per barel. Sedangkan dalam sepekan akan berada di US$ 52 - US$ 65 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×