Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat pada Rabu (12/3), setelah data menunjukkan inflasi Amerika Serikat (AS) yang melambat.
Namun, kekhawatiran terhadap dampak kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump masih membayangi optimisme pasar.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik lebih rendah dari perkiraan pada Februari.
Baca Juga: Inflasi AS Mereda di Februari, Tapi Ancaman Tarif Impor Masih Mengintai
Meski demikian, perbaikan ini kemungkinan hanya bersifat sementara mengingat tarif impor yang semakin agresif.
"Ini berita baik dalam hal inflasi, tetapi dengan diberlakukannya tarif impor, kita masih belum tahu arah pasti inflasi ke depan," kata Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities.
Pasar dan Saham Teknologi Menguat
Para pedagang tetap optimistis bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni, menurut data dari LSEG.
Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dalam pertemuan minggu depan.
Saham perbankan yang sensitif terhadap suku bunga, seperti Wells Fargo dan Goldman Sachs, masing-masing naik 1,9% dan 1,1%.
Saham teknologi juga melonjak, dengan Tesla naik 6,6% dan Nvidia melonjak 5,8%, mendorong indeks semikonduktor lebih tinggi sebesar 2,7%.
Pada pukul 09:59 pagi waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 105,04 poin (-0,25%) menjadi 41.328,44.
Sementara S&P 500 naik 30,39 poin (+0,55%) ke 5.602,46, dan Nasdaq Composite naik 227,53 poin (+1,30%) ke 17.663,62.
Saham teknologi memimpin kenaikan sektor dengan lonjakan 1,9%, setelah sebelumnya mengalami penurunan tajam dalam dua sesi terakhir.
Baca Juga: Wall Street Merosot Selasa (11/3): Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Diterpa Aksi Jual
Tarif Impor dan Kekhawatiran Resesi
Tarif proteksionis 25% yang diberlakukan Trump terhadap semua impor baja dan aluminium mulai berlaku pada Rabu dan kemungkinan akan mencakup tembaga.
Kebijakan ini langsung mendapat respons dari Kanada dan Komisi Eropa.
Perusahaan yang bergantung pada baja dan aluminium dalam rantai pasok mereka, seperti saham Ford dan General Motors, masing-masing turun 1,7%. Honeywell dan Deere juga melemah masing-masing 1,4% dan 1,5%.
Pasar keuangan masih bergejolak akibat kebijakan tarif Trump yang tidak terduga. Analis memperingatkan potensi arus keluar modal dari Wall Street, serta risiko tarif baru yang dapat memicu inflasi domestik dan bahkan resesi.
Indeks Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, baru-baru ini memasuki wilayah koreksi, sementara S&P 500 nyaris mengalami penurunan 10% dari puncaknya pada Februari.
Ketidakpastian ini telah membuat banyak perusahaan menunda investasi dan menurunkan proyeksi keuangan mereka.
Delta, Kohl’s, dan Walmart termasuk di antara perusahaan terbaru yang melakukan revisi target pendapatan.
Baca Juga: Suramnya Prospek Bisnis Global Akibat Tarif Baru Trump
Goldman Sachs Pangkas Proyeksi Pasar
Goldman Sachs menjadi broker pertama yang memangkas target akhir tahun 2025 untuk S&P 500, sementara J.P. Morgan meningkatkan kemungkinan resesi AS.
Sementara itu, saham Intel melonjak 6% setelah laporan menyebutkan bahwa TSMC sedang berdiskusi dengan Nvidia, AMD, dan Broadcom mengenai potensi investasi dalam usaha patungan untuk mengoperasikan pabrik chip AS.
Di sisi lain, saham PepsiCo turun 2,1% setelah broker Jefferies menurunkan peringkat sahamnya.
Pasar juga mencermati perdebatan di Senat AS terkait rancangan undang-undang anggaran darurat yang bisa berdampak pada kebijakan ekonomi dan pasar saham dalam beberapa bulan mendatang.
Selanjutnya: Inflasi AS Mereda di Februari, Tapi Ancaman Tarif Impor Masih Mengintai
Menarik Dibaca: Ninja Xpress Bagikan Tips Jalankan Bisnis Franchise di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News