Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Wall Street tergelincir pada perdagangan Rabu (5/2), setelah proyeksi pendapatan yang mengecewakan dari Alphabet dan Advanced Micro Devices (AMD) memicu keraguan investor terhadap hasil dari investasi besar dalam kecerdasan buatan (AI).
Melansir Reuters, pukul 10:11 pagi waktu setempat (ET), indeks Dow Jones Industrial Average turun 129,61 poin (0,29%) menjadi 44.426,43.
Indeks S&P 500 melemah 25,38 poin (0,42%) menjadi 6.012,50 dan Nasdaq Composite turun 138,66 poin (0,71%) ke 19.515,36.
Baca Juga: Alphabet Anggarkan Belanja Modal US$ 75 Miliar
Sebanyak enam dari 11 sektor di indeks S&P 500 mengalami pelemahan, dengan sektor layanan komunikasi memimpin penurunan sebesar 3,2%.
Induk Google, Alphabet, anjlok 8,3% setelah melaporkan pertumbuhan pendapatan cloud yang lebih lambat dari perkiraan serta mengalokasikan dana sebesar US$75 miliar untuk pengembangan AI tahun ini, lebih tinggi dari yang diperkirakan.
"Beberapa investor mungkin berharap Silicon Valley akan lebih berhati-hati setelah inovasi AI dari Tiongkok, tetapi yang terjadi justru sebaliknya," ujar Jochen Stanzl, Kepala Analis Pasar di CMC Markets.
Saham AMD turun 9,9% setelah CEO Lisa Su mengatakan bahwa penjualan data center perusahaan – yang menjadi indikator pendapatan dari AI – diperkirakan turun sekitar 7% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Wall Street Rabu (5/2): Nasdaq, S&P 500 Dibuka Turun, Terseret Saham Alphabet dan AMD
"Panduan keuangan dari banyak perusahaan besar cukup mengecewakan dan ini mengancam ekspektasi pertumbuhan laba tahun ini," kata Robert Pavlik, Manajer Senior Portofolio di Dakota Wealth Management.
Saham Teknologi dan Data Ekonomi
Saham Uber Technologies merosot 6,9% setelah perusahaan transportasi daring itu memproyeksikan pertumbuhan pemesanan yang lebih rendah dari perkiraan untuk kuartal ini.
Saham Apple juga turun 1,6% setelah laporan Bloomberg menyebut bahwa regulator antimonopoli Tiongkok sedang bersiap untuk menyelidiki produsen iPhone tersebut.
Dari sisi ekonomi, aktivitas sektor jasa AS secara tak terduga melambat pada Januari di tengah melemahnya permintaan, menurut data dari Institute for Supply Management. Perlambatan ini membantu menekan pertumbuhan harga.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat Ditopang Optimisme Perdagangan AS-China dan Sektor Energi
Sementara itu, data tenaga kerja menunjukkan bahwa lapangan kerja sektor swasta bertambah 183.000 pekerjaan bulan lalu, lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 150.000 pekerjaan, menurut survei Reuters. Laporan tenaga kerja nonpertanian AS untuk Januari akan dirilis pada Jumat mendatang.
Pasar juga menanti perkembangan terkait kebijakan tarif perdagangan. Presiden AS Donald Trump pada Selasa menyatakan bahwa ia tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping guna meredakan perang dagang yang kembali memanas antara kedua negara.
Morgan Stanley bergabung dengan Barclays dan Macquarie dalam memperkirakan bahwa Federal Reserve hanya akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini, dengan alasan ketidakpastian akibat kebijakan tarif Trump.
Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan bahwa Bank Sentral masih cenderung melakukan lebih banyak pemotongan suku bunga tahun ini.
Tetapi ia juga memperingatkan adanya ketidakpastian akibat tarif baru, kebijakan imigrasi, regulasi, dan inisiatif lain dari pemerintahan Trump.
Di antara pergerakan saham utama, FMC Corp anjlok 35,5% setelah produsen agrokimia itu memproyeksikan pendapatan kuartal pertama di bawah perkiraan.
Saham perusahaan e-commerce China, PDD Holdings, yang diperdagangkan di AS turun 1,7% setelah laporan menyebutkan bahwa pemerintah AS mempertimbangkan untuk memasukkan platform belanja online Temu ke dalam daftar "tenaga kerja paksa" Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Selanjutnya: Alphabet Anggarkan Belanja Modal US$ 75 Miliar
Menarik Dibaca: Cara Pengajuan KUR BRI 2025 dan Syarat Memperolehnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News