Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi dengan dua dari tiga indeks utama melemah pada akhir pekan. Tekanan bagi bursa saham Amerika Serikat (AS) datang karena investor mencerna implikasi laporan inflasi AS terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Jumat (29/9), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 158,84 poin atau 0,47% menjadi 33.507,5, indeks S&P 500 melemah 11,65 poin atau 0,27% ke 4.288,05 dan indeks Nasdaq Composite menguat 18,05 poin atau 0,14% ke 13.219,32.
Di antara sektor pada indeks S&P 500, sektor energi merosot sekitar 2% dan keuangan turun 0,9%. Energi masih menjadi sektor yang memperoleh keuntungan terbesar pada kuartal ketiga.
“Sektor Energi dan keuangan relatif meningkat dan mereka merasakan efek penyeimbang kembali hari ini,” kata Eric Freedman, kepala investasi di U.S. Bank Asset Management.
Baca Juga: Inflasi AS Lebih Rendah dari Perkiraan, Bursa Wall Street Menghijau
Dengan posisi saat ini, indeks S&P 500 dan Nasdaq membukukan persentase penurunan bulanan terbesar tahun ini. Sementara ketiga indeks utama mengalami penurunan kuartalan pertama pada tahun 2023.
Untuk kuartal III-2023, indeks S&P 500 turun sekitar 3,6%, Dow melemah 2,6%, dan Nasdaq merosot 4,1%. Pada bulan September, S&P 500 turun 4,9%, Dow turun 3,5%, dan Nasdaq turun 5,8%.
Data terbaru AS menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), tidak termasuk komponen pangan dan energi yang mudah berubah, meningkat 3,9% secara tahunan di bulan Agustus 2023. Ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun terakhir indeks tersebut turun di bawah 4%. The Fed melacak indeks harga PCE untuk target inflasi 2%.
Saham-saham sempat terdorong lebih tinggi pada awalnya setelah laporan PCE namun kemudian memudar.
Data tersebut mengungkapkan “gambaran inflasi yang lebih baik dari perkiraan namun masih meningkat,” lanjut Freedmen.
Sementara itu, Freedman menambahkan, “kita berada di akhir kuartal, dan dengan berakhirnya kuartal muncul berbagai aktivitas baik di pasar saham maupun obligasi.”
Data PCE yang sangat dinanti ini mengikuti prospek jangka panjang The Fed yang hawkish pada minggu lalu, yang telah mengguncang pasar saham karena imbal hasil Treasury naik ke level tertinggi dalam 16 tahun.
Baca Juga: Naik Tipis di Akhir Pekan, Berikut Proyeksi IHSG untuk Senin (2/10)
“Investor ekuitas akhirnya sadar akan The Fed dan komentar The Fed bahwa harga akan lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan ada alternatif selain saham,” kata Paul Nolte, penasihat kekayaan senior dan ahli strategi pasar di Murphy & Sylvest Wealth Management.
Investor juga memperhatikan Washington. Partai Republik garis keras di Dewan Perwakilan Rakyat AS menolak rancangan undang-undang yang diusulkan oleh pemimpin mereka untuk mendanai sementara pemerintah, sehingga memastikan bahwa sebagian lembaga federal akan ditutup mulai Minggu.
Para pedagang juga khawatir bahwa dana JP Morgan senilai US$ 16 miliar, yang diperkirakan akan mengatur ulang posisi opsinya pada hari Jumat, akan menjadi sumber volatilitas pasar lainnya.
Dalam berita perusahaan, saham Nike melonjak 6,7% setelah pembuat pakaian olahraga terbesar di dunia itu melampaui perkiraan Wall Street untuk laba kuartal pertama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News