Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Wall Street bergerak mendatar pada perdagangan Jumat (14/2). Dengan investor masih menunggu kejelasan lebih lanjut terkait rencana tarif timbal balik yang digagas Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Melansir Reuters, pada pukul 09:40 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average (DJIA) bergerak stabil di 44.711,17 poin, S&P 500 naik 4,61 poin (0,08%) ke 6.119,68, dan Nasdaq Composite menguat 4,47 poin (0,02%) ke 19.950,12.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Datar Jumat (14/2), Investor Menanti Kepastian Tarif Impor
Sebanyak 9 dari 11 sektor di S&P 500 diperdagangkan menguat, dengan sektor energi memimpin kenaikan sebesar 1,5%, seiring dengan naiknya harga minyak.
Saham Nvidia naik 1,4%, mengungguli sebagian besar saham teknologi berkapitalisasi besar.
Sementara itu, Airbnb melonjak 12,3% setelah membukukan pendapatan kuartalan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Di sisi lain, saham DaVita anjlok 14,7% setelah perusahaan layanan dialisis tersebut merilis proyeksi laba tahunan di bawah ekspektasi.
Penurunan ini diperburuk oleh keputusan Berkshire Hathaway milik Warren Buffett yang menjual sebagian sahamnya di DaVita.
Sebagai informasi, Trump menginstruksikan tim ekonominya untuk menyusun skema tarif bagi setiap negara yang mengenakan pajak atas impor AS.
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Tertekan, Begini Prospek ke Depan
Namun, hingga kini belum ada keputusan mengenai tarif baru yang akan diterapkan.
Howard Lutnick, calon Menteri Perdagangan pilihan Trump menyatakan bahwa pemerintahan akan menangani setiap negara secara individual dan menyelesaikan kajian terkait tarif ini pada 1 April mendatang.
"Berita soal tarif sempat menciptakan volatilitas besar dua pekan lalu, tapi kini pasar tampaknya mulai mengabaikannya," ujar Larry Tentarelli, pendiri Blue Chip Daily Trend Report.
"Pasar kemungkinan melihat tarif ini lebih sebagai alat negosiasi daripada kebijakan yang pasti diterapkan."
Ketidakpastian pasar dalam sepekan ini juga dipicu oleh kombinasi faktor lain, termasuk tarif baja dan aluminium yang telah diterapkan, inflasi lebih tinggi dari perkiraan pada Januari, serta pernyataan hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell.
Meskipun demikian, ketiga indeks utama Wall Street masih dalam jalur kenaikan mingguan, dengan S&P 500 mendekati rekor tertingginya yang tercapai tiga pekan lalu.
Baca Juga: Wall Street Menguat Pasca Trump Umumkan Rencana Tarif Timbal Balik
Data Ekonomi dan Dampaknya
Laporan terbaru menunjukkan bahwa penjualan ritel AS turun lebih dari perkiraan pada Januari, mencatat penurunan 0,9%, setelah direvisi naik 0,7% pada Desember.
Menanggapi data ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun, dengan yield obligasi tenor 10 tahun berada di level 4,47%.
Sementara itu, investor masih memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir tahun, dengan 50% peluang pemangkasan tambahan, menurut data LSEG.
Wall Street akan libur pada Senin (17/2) untuk memperingati Hari Ulang Tahun Washington.
Selanjutnya: Harga Komoditas Energi Tertekan, Begini Prospek ke Depan
Menarik Dibaca: KAI Luncurkan KA Perintis Cut Meutia di Aceh, Tarif Rp 2.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News