Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi dengan indeks Nasdaq yang jatuh. Sementara indeks acuan S&P 500 bangkit dari level terendah dua bulan dan memperoleh sedikit keuntungan karena imbal hasil US Treasury tetap tinggi usai investor mengurangi ekspektasi terhadap laju penurunan suku bunga dari Federal Reserve.
Senin (13/1), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 358,67 poin atau 0,86% menjadi 42.297,12, indeks S&P 500 menguat 9,18 poin atau 0,16% ke 5.836,22 dan indeks Nasdaq Composite turun 73,53 poin atau 0,38% ke 19.088,10.
Pada sesi ini, sektor energi naik 2,25% dan jadi kenaikan harian terbesar dari 11 sektor utama S&P. Lantaran harga minyak mentah terus naik berdasarkan ekspektasi bahwa sanksi AS yang lebih keras terhadap minyak Rusia akan memaksa pembeli di India dan China beralih ke pemasok lain.
Sedangkan indeks Dow didorong oleh kenaikan 3,93% pada saham UnitedHealth Group setelah pemerintahan Presiden Joe Biden mengusulkan tarif penggantian biaya 2026 untuk rencana Medicare Advantage yang dijalankan oleh perusahaan asuransi swasta, yang akan menghasilkan kenaikan pembayaran sebesar 2,2%.
Saham CVS Health dan Humana melonjak sekitar 7% dan membuat sektor perawatan kesehatan pada indeks S&P 500 naik 1,27%.
Baca Juga: S&P 500 dan Nasdaq Turun, Investor Kurangi Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga The Fed
Di sisi lain, sector utilitas dan teknologi memimpin penurunan. Dengan ndeks Edison International anjlok lebih dari 11,89% setelah Bloomberg melaporkan bahwa perusahaan utilitas California Selatan itu digugat karena menyalahkan peralatan perusahaan yang memicu salah satu kebakaran hutan yang menghanguskan sebagian wilayah negara bagian itu.
Sementara itu, berdasarkan data ekonomi terkini menunjukkan, ekonomi AS yang tangguh dengan tekanan harga yang mengganggu, yang telah menekan ekuitas. Komentar dari pejabat The Fed telah mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi.
Alhasil, indeks S&P 500 mengalami penurunan mingguan dalam empat dari lima minggu terakhir.
Tarif yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Donald Trump juga telah memicu kekhawatiran tentang inflasi.
Sedangkan Imbal hasil US Treasury naik tipis, dengan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun acuan menyentuh level tertinggi 14 bulan sebesar 4,805% dan terakhir naik 1,6 basis poin menjadi 4,79%.
Pasar memperkirakan sekitar 27 basis poin penurunan dari The Fed di tahun ini, dengan peluang 52,9% untuk penurunan pada bulan Juni.
"Ada kekhawatiran bahwa kita akan melihat angka inflasi yang lebih tinggi, saya tidak begitu yakin itu benar-benar terjadi, tetapi itulah kekhawatiran di sini dan bahwa akan butuh waktu sebelum kita melihat suku bunga yang lebih rendah lagi," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder di New York.
Baca Juga: Wall Street Melemah pada Senin (13/1), Laju Penurunan Suku Bunga Diramal Melambat
"Masalah inflasi sudah ada di luar sana dan imbal hasil yang lebih tinggi secara umum tidak bagus untuk pasar obligasi atau pasar saham. Anda juga sudah ada di luar sana, 21 Januari mendatang dan Anda tahu dan kita akan melihat apa yang dilakukan pemerintahan baru."
Angka Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Beige Book bank sentral tentang aktivitas ekonomi, keduanya akan dirilis pada hari Rabu, kemungkinan akan membantu membentuk pandangan tentang prospek kebijakan Fed.
Pada sesi ini, saham chip merosot, dengan Nvidia turun 1,97% dan Micron Tech turun 4,31% setelah pemerintah AS mengatakan akan lebih membatasi ekspor chip dan teknologi kecerdasan buatan. Indeks semikonduktor PHLX lebih rendah.
Indeks Moderna anjlok 16,8% sebagai perusahaan dengan penurunan terbesar di indeks S&P 500 setelah memangkas perkiraan penjualan tahun 2025 sebesar US$ 1 miliar.
Selanjutnya: Pilates dan 3 Jenis Olahraga Kekinian Banyak Manfaat Bagi Kesehatan
Menarik Dibaca: Pilates dan 3 Jenis Olahraga Kekinian Banyak Manfaat Bagi Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News