kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wabah corona ancam penjualan Semen Indonesia (SMGR), ini kata analis


Rabu, 25 Maret 2020 / 12:21 WIB
Wabah corona ancam penjualan Semen Indonesia (SMGR), ini kata analis
ILUSTRASI. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengaku tekanan dan pelambatan ekonomi yang disebabkan corona akan mempengaruhi kinerja.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus Corona (Covid-19) dipercaya bakal berdampak ke semua sektor, tidak terkecuali sektor manufaktur termasuk di dalamnya industri semen.

Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Jumat (20/3), Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Vita Mahreyni mengatakan tekanan dan pelambatan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 akan mempengaruhi kondisi dan kinerja emiten pelat merah ini.

Baca Juga: Catat, perdagangan di BEI bakal tutup lebih cepat mulai Senin (30/3)

Salah satu dampaknya adalah dari sisi penjualan dan rantai pasok (supply chain) sebagai dampak dari lockdown di China dan terhambatnya ekspor, serta potensi penundaan proyek-proyek. “Perseroan memperkirakan penjualan tidak akan lebih baik daripada tahun 2019,” tulis Vita.

Data yang dihimpun Kontan.co.id, sepanjang 2019 emiten penghuni Indeks Kompas100 ini berhasil menjual 42,61 juta ton semen atau naik 28.46% secara tahunan.

Proses produksi emiten semen ini juga berpotensi mengalami perlambatan dan penurunan utilisasi. Hal ini juga seiring adanya potensi keterlambatan bahan baku dan suku cadang impor yang dapat mempengaruhi proses produksi.

Sepanjang 2019, emiten pelat merah ini meraup laba bersih Rp 2,39 triliun atau turun 23,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun SMGR berhasil membukukan pendapatan Rp 40.36 triliun atau naik 31,55% dari pendapatan periode yang sama pada 2018 yang hanya Rp 30.68 triliun.

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) garap dua proyek rumahsakit darurat corona

Analis Sinarmas Sekuritas Paulina mengatakan, capaian kinerja SMGR tahun lalu melebihi perkiraan dan konsensus yang dipasang. Peningkatan kinerja ini didorong oleh profitabilitas PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau SBI (sebelumnya bernama Holcim) yang jauh lebih baik.

Paulina mengatakan SBI telah menyesuaikan harga yang lebih tinggi sejak kuartal II-2019 dan berhasil meningkatkan efisiensi pada sisi pembelian dan operasi.

Asal tahu, akhir 2019 SMCB berhasil mengantongi laba bersih Rp 499,05 miliar, jauh lebih baik dari realisasi akhir 2018 yang masih merugi hingga Rp 827,98 miliar.

Meski kinerja tahun lalu cukup ciamik, namun Paulina mengantisipasi adanya potensi gangguan dalam penjualan karena masalah penyebaran Covid-19. Sehingga, menyebabkan adanya jeda pada proyek-proyek pembangunan karena pemerintah saat ini mengalihkan fokus untuk memerangi virus dan dampaknya terhadap ekonomi.

Baca Juga: Akibat corona, Wahana Interfood (COCO) mencatat pembatalan pesanan

“Sementara pembelian properti mungkin terpukul ketika masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran,” tulis Paulina dalam riset, Jumat (20/3).

Di sisi lain, penurunan harga minyak mentah yang signifikan membantu dalam menaikkan margin, sedangkan suku bunga yang lebih rendah seharusnya dapat mengurangi beban bunga.

Paulina mempertahankan rekomendasi beli (buy) saham SMGR dengan target harga Rp 10.400 per saham.

Kepada Kontan.co.id, Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan industri manufaktur Indonesia berpotensi mengalami perlambatan akibat adanya penyebaran virus ini. Sebab, berkaca pada China, Negeri Tirai Bambu tersebut mengalami perlambatan industri manufaktur akibat wabah ini.

Baca Juga: Garap rumahsakit darurat Covid-19, Adhi Karya (ADHI) pastikan punya cukup kas

Bulan lalu, kinerja manufaktur China terkoreksi cukup dalam. Data yang dirilis Biro Statistik Nasional mencatat indeks manufaktur (Purchasing Managers Index) China anjlok menjadi 35,7 pada Februari 2020 dari 50 pada Januari 2020.

“Untuk itu saya harus melihat periode wabah virus ini di Indonesia. Jika terus menerus selama 6 bulan ke depan maka ada potensi penjualan industri manufaktur akan turun terutama penjualan produk semen itu sendiri,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×