Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Asal tahu, akhir 2019 SMCB berhasil mengantongi laba bersih Rp 499,05 miliar, jauh lebih baik dari realisasi akhir 2018 yang masih merugi hingga Rp 827,98 miliar.
Meski kinerja tahun lalu cukup ciamik, namun Paulina mengantisipasi adanya potensi gangguan dalam penjualan karena masalah penyebaran Covid-19. Sehingga, menyebabkan adanya jeda pada proyek-proyek pembangunan karena pemerintah saat ini mengalihkan fokus untuk memerangi virus dan dampaknya terhadap ekonomi.
Baca Juga: Akibat corona, Wahana Interfood (COCO) mencatat pembatalan pesanan
“Sementara pembelian properti mungkin terpukul ketika masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran,” tulis Paulina dalam riset, Jumat (20/3).
Di sisi lain, penurunan harga minyak mentah yang signifikan membantu dalam menaikkan margin, sedangkan suku bunga yang lebih rendah seharusnya dapat mengurangi beban bunga.
Paulina mempertahankan rekomendasi beli (buy) saham SMGR dengan target harga Rp 10.400 per saham.
Kepada Kontan.co.id, Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan industri manufaktur Indonesia berpotensi mengalami perlambatan akibat adanya penyebaran virus ini. Sebab, berkaca pada China, Negeri Tirai Bambu tersebut mengalami perlambatan industri manufaktur akibat wabah ini.
Baca Juga: Garap rumahsakit darurat Covid-19, Adhi Karya (ADHI) pastikan punya cukup kas
Bulan lalu, kinerja manufaktur China terkoreksi cukup dalam. Data yang dirilis Biro Statistik Nasional mencatat indeks manufaktur (Purchasing Managers Index) China anjlok menjadi 35,7 pada Februari 2020 dari 50 pada Januari 2020.
“Untuk itu saya harus melihat periode wabah virus ini di Indonesia. Jika terus menerus selama 6 bulan ke depan maka ada potensi penjualan industri manufaktur akan turun terutama penjualan produk semen itu sendiri,” terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News