kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume penjualan HMSP turun 27,8% di kuartal II 2020, ini analisis Mirae Sekuritas


Rabu, 22 Juli 2020 / 14:07 WIB
Volume penjualan HMSP turun 27,8% di kuartal II 2020, ini analisis Mirae Sekuritas


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) kembali turun pada kuartal II-2020, yakni sebesar -27,8% year on year (yoy) dan -12% dibanding kuartal sebelumnya. Mengutip riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rabu (22/7), induk usaha HMSP, Philip Morris International (PMI) pada 21 Juli 2020 merilis data bahwa HMSP hanya menjual 18 miliar batang rokok pada kuartal II-2020.

Secara kumulatif, volume penjualan HM Sampoerna pada semester I 2020 hanya mencapai 38,4 miliar batang. Jumlah ini merosot 18,47% dibanding volume penjualan HMSP sepanjang semester I 2019 yang sebanyak 47,1 miliar batang.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan, realisasi volume penjualan ini berada di bawah estimasinya. Pencapaian pada semester I 2020 atau setara 42,7% dari prediksinya atas volume penjualan HMSP sepanjang 2020 yang ia asumsikan akan turun 8% dibanding tahun 2019.

Oleh karena itu, setelah melihat realisasi ini, Christine menurunkan lagi prediksi volume penjualan HMSP tahun ini. "Kami memangkas perkiraan volume penjualan rata-rata HMSP, dari sebesar -8,8% yoy untuk 2020 menjadi -16% yoy," kata dia dalam risetnya, Rabu (22/7).

Baca Juga: Industri rokok dapat stimulus, ini saham rokok yang menarik

Lebih rinci, Christine melihat, volume penjualan semua tipe produk HM Sampoerna, baik merek andalan maupun merek dengan harga murah, turun pada kuartal II-2020. Merek andalan HMSP yakni Sampoerna A membukukan penurunan volume penjualan yang signifikan menjadi hanya 7,25 miliar batang.

Jumlah ini merosot 22,5% dibanding volume penjualan pada kuartal II-2019 yang sebanyak 9,4 miliar batang. "Menurut kami, hal ini disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang membuat orang pada hakikatnya mengurangi konsumsi rokok," ungkap Christine.

Begitu pula dengan merek Dji Sam Soe yang menunjukkan penurunan volume penjualan pada kuartal II-2020 hingga 26% yoy dan 6,1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Chistine menilai, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata (average selling price) akibat peningkatan harga jual eceran (HJE).

"Kenaikan ini membuat konsumen mulai kehilangan daya beli atau beralih ke merek lain yang harganya lebih murah," ucap Christine. Salah satu merek yang menjadi alternatif konsumen adalah Magnum Mild, yang juga telah menjadi pendorong pertumbuhan HMSP pada tahun 2019.

Penurunan volume penjualan ini turut membuat pangsa pasar HMSP terkoreksi. Pada kuartal kedua 2020, pangsa pasar HMSP tercatat turun 4% menjadi 28,2% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 32,2%.

Dalam risetnya, Christine juga menurunkan semua prediksinya atas volume penjualan semua tipe produk HMSP, yaitu sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret putih mesin (SPM). Perkiraannya atas volume penjualan SKM diturunkan sebesar 9,8%, dari 65,01 miliar batang menjadi 58,65 miliar batang.

Kemudian, perkiraan volume penjualan SKT direvisi ke bawah sebesar 8,6% menjadi 15,68 miliar batang dari sebelumnya 17,15 miliar batang. Sementara itu, prediksi volume penjualan SPM hanya diubah -1,2% dari 8,52 miliar batang menjadi 8,42 miliar batang.

Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP): Keputusan FDA atas Iqos dapat menjadi kerangka regulasi

Tak berhenti sampai di situ, Christine juga menurunkan prediksi pendapatan HMSP untuk tahun 2020 sebesar 8,6%, dari Rp 110,06 triliun menjadi Rp 100,62 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2019 yang sebesar Rp 106,06, triliun, maka Christine memprediksi, pendapatan HMSP tahun ini akan turun 5,13% yoy.

Sementara itu, perkiraan laba bersih HMSP diubah menjadi hanya Rp 11,42 triliun, lebih rendah 9,2% dari prediksi sebelumnya yang sebesar Rp 12,58 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi laba bersih HMSP tahun 2019 yang sebesar Rp 13,72 triliun, maka Christine memprediksi, laba bersih HMSP tahun ini bakal merosot 16,77% yoy.

Menurut Christine, HMSP akan merilis laporan keuangan kuartal II-2020 pada akhir bulan Juli ini. Untuk saat ini, ia mempertahankan rekomendasi hold untuk HMSP. Mengingat, ia memperkirakan penjualan lebih rendah pada tahun ini dan ia menggulirkan basis penilaiannya ke tahun 2021.

Christine memasang target harga untuk HMSP pada level Rp 1.870 per saham dengan price earning ratio (PER) 16 kali (-2 SD dari rata-rata PER tujuh tahun terakhir). Per perdagangan sesi I Rabu (22/7), harga saham HMSP berada di level Rp 1.780 dengan PER 15,6 kali.

Baca Juga: Struktur tarif cukai disederhanakan, begini dampaknya ke emiten rokok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×