kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume pengupasan lapisan SMR Utama (SMRU) turun 35% di semester I


Rabu, 02 September 2020 / 21:05 WIB
Volume pengupasan lapisan SMR Utama (SMRU) turun 35% di semester I
ILUSTRASI. Overburden removal SMR Utama (SMRU) pada semester pertama 2020 berada di 9,7 juta bank cubic meter.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi volume pengupasan lapisan tanah atau overburden removal PT SMR Utama Tbk (SMRU) pada semester pertama 2020 berada di angka 9,7 juta bank cubic meter. Realisasi ini turun 34,8% daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 14,9 juta bcm.

Tahun ini pun, target overburden removal yang dipasang SMRU akan lebih rendah dari target awal. Sekretaris Perusahaan SMR Utama Arief Novaldi mengatakan, SMRU memutuskan untuk menurunkan target volume overburden removal menjadi hanya di kisaran 20 juta bank cubic meter (bcm) tahun ini.

Sebelumnya, emiten kontraktor jasa pertambangan batubara tersebut menargetkan volume overburden removal sebesar 34,2 juta sampai 36 juta bcm tahun ini. “Namun, karena ada pandemi Covid-19, maka target volume kami sesuaikan menjadi 20 jutaan bcm,” ujar Arief Novaldi kepada Kontan.co.id, Selasa (1/9).

Baca Juga: Terpapar pandemi, SMR Utama (SMRU) memangkas target produksi tahun ini

Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi lockdown yang terjadi di sejumlah negara importir batubara dunia seperti India dan China. Sehingga, pemilik tambang di Indonesia memilih untuk mengurangi target volume produksi untuk menghindari kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya berdampak pada entitas anak usaha SMRU yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan.

Per semester pertama 2020, SMRU membukukan pendapatan senilai Rp 242,22 miliar, turun 35,6% secara tahunan. Dus, kerugian  bersih SMRU membengkak menjadi Rp 123,17 miliar dari sebelumnya hanya Rp 76,31 miliar pada semester pertama 2019.

Sebanyak Rp 161,30 miliar 66,59% dari total pendapatan SMRU merupakan pendapatan dari PT Berau Coal Energy, sementara sisanya Rp 80,92 miliar atau 33,41% merupakan pendapatan dari PT Gunung Bara Utama. Arief menambahkan, sepanjang tahun berjalan ini, SMRU belum menggaet kontrak baru. 

Baca Juga: Rugi bersih SMR Utama (SMRU) naik menjadi Rp 92,60 miliar di kuartal I-2020

Untuk diketahui, SMRU merupakan salah satu emiten yang terancam delisting dari Bursa Efek Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah saham SMRU  telah disuspensi selama enam bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 23 Januari 2022 mendatang. Saat ini, saham SMRU masih mandek di level gocap (Rp 50). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×