kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.490   0,00   0,00%
  • IDX 6.787   -120,00   -1,74%
  • KOMPAS100 980   -16,66   -1,67%
  • LQ45 754   -11,11   -1,45%
  • ISSI 221   -4,23   -1,88%
  • IDX30 391   -6,58   -1,66%
  • IDXHIDIV20 457   -9,06   -1,95%
  • IDX80 110   -1,76   -1,57%
  • IDXV30 113   -1,97   -1,71%
  • IDXQ30 126   -2,46   -1,91%

Harga Minyak Anjlok 7% Usai Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Bukan Jalur Tanker


Selasa, 24 Juni 2025 / 05:31 WIB
Harga Minyak Anjlok 7% Usai Iran Serang Pangkalan AS di Qatar, Bukan Jalur Tanker
ILUSTRASI. Pompa minyak milik IPC Petroleum France terlihat saat matahari terbenam di luar Soudron, dekat Reims, Prancis, 24 Agustus 2022. REUTERS/Pascal Rossignol


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  HOUSTON. Harga minyak dunia merosot lebih dari 7% pada Senin (23/6/2025) setelah Iran tidak menyerang jalur pengiriman minyak dan gas di Selat Hormuz, melainkan membalas serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklirnya dengan menyerang pangkalan militer AS di Qatar.

Harga minyak mentah Brent ditutup turun US$ 5,53 atau 7,2% ke level US$ 71,48 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun US$ 5,53 atau 7,2% menjadi US$ 68,51 per barel.

Penurunan harga Brent tersebut merupakan yang terdalam sejak Agustus 2022, dengan rentang perdagangan harian mencapai US$ 10, tertinggi sejak Juli 2022. Setelah jam perdagangan resmi berakhir, kedua harga acuan masih sempat merosot hingga hampir 9%.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Terdampak Rencana Perundingan Nuklir AS-Iran

“Untuk saat ini, aliran minyak bukan target utama dan kemungkinan besar tidak akan terganggu. Saya memperkirakan respons militer akan lebih diarahkan pada pangkalan militer AS atau kemungkinan terhadap target sipil di Israel,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital.

Harga minyak sempat naik hampir 6% pada awal sesi perdagangan Asia karena kekhawatiran pasar bahwa Iran akan membalas dengan mengganggu ekspor minyak dari kawasan Teluk. 

Namun, ketegangan mereda setelah Iran memilih menyerang pangkalan udara Al Udeid milik AS di Qatar, Instalasi militer AS terbesar di Timur Tengah, tanpa menyebabkan korban jiwa. Dua pejabat AS kepada Reuters menyatakan tidak ada personel AS yang tewas atau terluka dalam serangan itu.

Iran sebelumnya sempat mengancam akan menutup Selat Hormuz, jalur sempit strategis di selatan Iran yang dilewati sekitar 20% pasokan minyak global. 

Meski begitu, serangan terhadap pangkalan militer AS, yang telah diberitahukan sebelumnya dan dijaga ketat, dapat menjadi langkah awal menuju penurunan eskalasi jika tidak menimbulkan korban, kata lembaga riset Energy Aspects.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Usai Trump Umumkan Kebijakan Tarif Baru

“Kecuali terdapat indikasi pembalasan lanjutan dari Iran atau eskalasi dari Israel atau AS, maka kemungkinan premi risiko geopolitik dalam harga minyak akan mulai menghilang dalam beberapa hari ke depan,” tulis Energy Aspects.

Seorang sumber yang mengetahui langsung situasi menyatakan tidak ada gangguan terhadap pengiriman atau produksi QatarEnergy usai serangan tersebut. 

Seorang pejabat militer AS juga menyatakan tidak ada serangan lanjutan dari Iran ke pangkalan militer AS lainnya selain di Qatar. Qatar sendiri merupakan salah satu eksportir gas alam cair terbesar di dunia, dan semua pengirimannya melalui Selat Hormuz.

Di Irak, Perusahaan Minyak Basra menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan minyak besar seperti BP, TotalEnergies, dan Eni telah mengevakuasi sebagian staf dari ladang minyak mereka.

“Dalam banyak hal, kita pernah menyaksikan skenario seperti ini. Meskipun terjadi ketegangan geopolitik di Timur Tengah, baik itu melibatkan Israel, Iran, atau pihak lain, penutupan Selat Hormuz belum pernah terjadi, meskipun selalu menjadi isu utama,” kata Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.

Data pelacakan kapal menunjukkan sedikitnya dua supertanker mengubah haluan di dekat Selat Hormuz setelah serangan AS terhadap Iran. Kekerasan yang berlangsung lebih dari seminggu di wilayah tersebut mendorong beberapa kapal untuk mempercepat pelayaran, menghentikan operasi, atau mengubah rute.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Terdampak Laporan Iran Dorong Gencatan Senjata dengan Israel

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyatakan keinginannya agar harga minyak tetap rendah, di tengah kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah akan memicu lonjakan harga. 

Melalui platform Truth Social, ia mendesak Departemen Energi AS untuk meningkatkan produksi dengan menyatakan, “Bor, sayang, bor. Maksud saya sekarang.”

Investor masih menilai seberapa besar risiko geopolitik yang akan tercermin dalam harga minyak. HSBC memperkirakan harga Brent bisa menembus US$ 80 per barel apabila terdapat ancaman penutupan Selat Hormuz. Namun, harga diperkirakan akan kembali menurun apabila gangguan tersebut tidak terwujud.

Selanjutnya: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham untuk Emiten Konstruksi Swasta di Semester II

Menarik Dibaca: Cek Jadwal KRL Jogja Solo pada Selasa 24 Juni 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×