Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyambut baik pemberian subsidi pembelian kendaraan listrik oleh pemerintah.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menilai, insentif ini baik untuk mendorong transisi ke kendaraan listrik. Kata Irmanto, hal yang sama pernah dilakukan di beberapa negara untuk mendorong adopsi mobil listrik
Hanya saja, Irmanto tidak bisa memperkirakan sejauh mana dampak subsidi kendaraan listrik ini terhadap kinerja INCO.
“Saya tidak bisa memperkirakan apakah ada dampak langsung terhadap kinerja Vale Indonesia atau tidak. Karena walaupun kami produsen nikel, rantainya masih jauh sampai ke kendaraan listrik,” kata Irmanto saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/3).
Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Insentif Kendaraan Listrik, INCO hingga MDKA Kecipratan Berkah?
Saat ini INCO tercatat memiliki dua mega proyek yang berkaitan dengan hilirisasi nikel. Nikel sendiri merupakan salah satu komponen vital dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Pertama, pabrik pengolahan (smelter) Bahodopi, yang pada Jumat (10/2) kemarin telah dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking). Alokasi total biaya investasi untuk proyek tersebut mencapai Rp 37,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 73 ribu ton per tahun. Proyek ini diekspektasikan tuntas dalam 2,5 tahun ke depan.
Proyek smelter nikel ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional tersebut menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Kedua adalah smelter di Pomalaa. Vale Indonesia dan Zheijang Huayou Cobalt Co., Ltd akan membangun smelter High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk mengolah bijih nikel dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Menurut rencana, smelter Pomalaa bakal memiliki kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Adapun target produksi nikel matte INCO tahun 2023 akan lebih tinggi dibanding 2022. Ini mengingat tanur 4 yang sudah beroperasi Kembali, setelah sebelumnya mengalami pembangunan ulang (rebuild).
“Dan (produksi) kembali ke angka di atas 70.000 ton,” kata Irmanto.
Baca Juga: Anak Usaha Lippo Karawaci (LPKR) Segera Lakukan Pembelian Obligasi US$ 582,70 Juta
INCO menganggarkan alokasi belanja modal atau capex tahun 2023 di kisaran US$ 110 juta. Alokasi ini sedikit lebih kecil dibanding capex yang dianggarkan untuk tahun 2022.
Irmanto menyebut, menurunnya alokasi capex untuk tahun 2023 disebabkan karena pada tahun lalu, terdapat pengerjaan pembangunan ulang (rebuild) tanur 4.
“Alokasi 2023 masih untuk pengembangan tambang (mine development), replacement alat berat, dan Bahodopi blok 1,” terang Irmanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News