Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan penjualan sebesar 2,2 juta ton bijih nikel mentah (saprolit) pada semester II-2025.
Manajemen Vale Indonesia menyatakan INCO telah mengantongi persetujuan untuk revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) untuk volume tersebut.
Merespons hal tersebut, analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey mengatakan, INCO telah mengakukan RKAB sejak April 2025. Dengan langkah ini, ia menilai perseroan menunjukkan efektivitas strategi monetisasi sumber daya.
Baca Juga: Produksi Nikel Vale Indonesia (INCO) Meningkat, Cermati Rekomendasi Sahamnya
“Terutama di tengah stagnasi harga nikel matte dan belum terealisasinya kontribusi dari proyek HPAL (High Pressure Acid Leaching),” ujarnya dalam riset 18 Juli 2025.
Adapun menurut manajemen, bijih nikel saprolit yang dijual berasal dari area yang belum terintegrasi dengan fasilitas pengolahan, seperti Bahodopi dan Pomalaa.
Walau kedua proyek belum masuk tahap konstruksi penuh, INCO sudah mulai menjual bijih nikel (ore) dari wilayah tersebut.
“Strategi ini menandakan perseroan tidak menunggu semua fasilitas siap, namun bertahap,” imbuh Andhika.
Sehingga, menurut dia, langkah ini mampu memberikan tambahan pendapatan yang signifikan.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Berpeluang Efisiensi Capex untuk Proyek Smelter HPAL
Menurut hitung-hitungan Andhika, dengan asumsi harga jual rata-rata (ASP) saprolit sebesar US$ 30 per wet metric ton (wmt), potensi penjualan dari volume RKAB terbaru bisa mencapai US$ 66 juta.
Nilai tersebut setara sekitar 7% dari total pendapatan INCO pada tahun 2024.
Meskipun terbilang kecil, dia melihat dampaknya sangat relevan terhadap arus kas. “Ini karena pembayarannya lebih cepat dibanding ekspor matte,” imbuhnya.
Setali tiga uang, Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, melihat pemaksimalan monetisasi cadangan bijih saprolit akan memberikan kontribusi pendapatan tambahan yang solid di periode mendatang.
“Terutama mengingat penjualan perdana yang sudah dimulai akhir Juli ini,” imbuhnya kepada Kontan, Kamis (31/7).
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Gelar RUPSLB Hari Ini (28/7), Simak Pergerakan Sahamnya
Dalam jangka panjang, Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Hasan Barakwan & Jeffrosenberg Chenlim memaparkan, perseroan juga membidik penjualan saprolit sebanyak 10 juta ton pada periode 2026–2027.
“Target dari manajemen ini menandai potensi pemulihan terhadap laba perusahaan secara signifikan,” tutur Hasan dalam riset 22 Juli 2025.
Maka itu, secara konservatif ia memperkirakan INCO mampu merealisasikan penjualan sekitar 7 juta ton pada 2026 dan 8 juta ton pada 2027.
Di sisi lain, Miftahul menyarankan, pelaku pasar perlu mencermati perkembangan harga nikel global, persetujuan RKAB lanjutannya, serta progres proyek hilirisasi.
Baca Juga: Gelar RUPSLB Pekan Depan, Vale Indonesia (INCO) Bakal Pilih Dirut Baru
Dus, Miftahul merekomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 3.600 per saham. Hasan merekomendasikan buy INCO dengan target harga Rp 4.050 per saham. Andhika menyarankan buy INCO di target harga Rp 4.000 per saham.
Selanjutnya: IHSG Diprediksi Memerah lagi Jumat (1/8), Berikut Saham yang Bisa Dicermati
Menarik Dibaca: Apakah Minum Teh Hijau Bisa Menurunkan Berat Badan atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News