Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mulai pulih di kuartal II-2025. Peningkatan volume produksi nikel menjadi salah satu faktor utamanya.
Produksi nikel dalam matte perseroan pada kuartal kedua ini mencapai 18.557 ton. Ini meningkat 9% dibandingkan kuartal I-2025 yang tercatat sebesar 17.027 ton.
Pendapatan INCO juga melonjak 6,6% menjadi US$ 220,2 juta, dibandingkan kuartal I-2025 di level US$ 206,5 juta. Capaian ini didukung kenaikan harga yang moderat dan volume pengiriman yang lebih tinggi.
Rinciannya, rata-rata penjualan nikel matte pada kuartal-II 2025 mencapai US$ 12.091 per ton, meningkat tipis 1,33% dari US$ 11.932 pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Produksi Nikel Matte 35.584 Ton pada Semester I-2025
Analis Maybank Sekuritas Indonesia Hasan Barakwan & Jeffrosenberg Chenlim menyebut kenaikan harga jual rata-rata (ASP) nikel matte memang menjadi salah satu faktor yang mendorong laba INCO. .
“Laba INCO akan stabil di kuartal II-2025, seiring harga jual rata-rata (ASP) nikel matte naik sekitar 1,4%,” ujar Hasan dalam riset 22 Juli 2025.
Adapun volume pengiriman nikel matte perseroan juga meningkat 5,42% secara kuartalan menjadi 18.023 ton.
Hasan memproyeksikan, kinerja cerah dari perseroan tak berhenti di kuartal kedua.
“Peningkatan kinerja yang lebih signifikan akan terjadi pada kuartal III-2025, seiring lonjakan penjualan bijih nikel,” imbuhnya.
Namun, ia tetap menyarankan investor untuk mencermati risiko penurunan harga nikel di London Metal Exchange (LME).
Baca Juga: Simak Strategi Bos Baru Vale Indonesia (INCO) untuk Genjot Kinerja
Sementara itu, Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer melihat, peningkatan produksi nikel matte perseroan disokong efisiensi operasional.
“Perbaikan pasca-pemeliharaan juga mendorong kenaikan produksi oleh INCO,” jelasnya kepada Kontan, Kamis (31/7).
Hingga akhir tahun, Miftahul mencermati, para investor perlu mempertimbangkan perkembangan harga nikel global, persetujuan RKAB lanjutan, serta progres proyek hilirisasinya ke depan.
Miftahul menyarankan buy on weakness saham INCO dengan target harga Rp 3.600 per saham. Sedangkan Hasan merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga direvisi menjadi Rp 4.050 dari sebelumnya Rp 3.200.
Selanjutnya: Laju Kinerja Mitra Pinasthika (MPMX) Melambat pada Semester I-2025, Ini Penyebabnya
Menarik Dibaca: Apakah Minum Teh Hijau Bisa Menurunkan Berat Badan atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News