Reporter: Yuliana Hema | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan laba bersih senilai Rp 21,46 triliun pada 2024 atau naik 2,7% secara tahunan atau Year on Year (YoY). Penyaluran kredit BBNI juga naik 11,6% YoY menjadi Rp 775,87 triliun.
Dari sisi top line, pendapatan laba bersih (Net Interest Income) BBNI mencapai Rp 40,48 triliun. Sementara itu, pendapatan non-bunga (non-interest income) melonjak 11,9% YoY menjadi Rp 24,04 triliun.
Sementara itu, sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), BBNI mencatatkan peningkatan tabungan sebesar 11% YoY menjadi Rp 258 triliun selama 2024. Total DPK yang dihimpun tercatat Rp 805,5 triliun.
Equity Research Analyst Buana Capital Sekuritas James Stanley menjelaskan BBNI punya rencana utama untuk mengoptimalkan dana murah atau Current Account and Savings Account (CASA) melalui aplikasi Wondr.
Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) Incar Laba Rp 2,6 Triliun di 2025, Cek Rekomendasi Sahamnya
Menurutnya, pertumbuhan CASA adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan kredit yang berkelanjutan. Langkah ini juga dapat memperbaiki biaya dana atau cost of fund.
James juga mencermati biaya dana BBNI juga akan membaik berkat insentif moneter yang ditetapkan pemerintah dan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari 30% menjadi 100% selama setahun.
"DHE berkontribusi sekitar 13% dari total simpanan valas BBNI atau sebesar US$ 1,3 miliar, di mana perubahan aturan DHE oleh pemerintah akan mendukung biaya dana valas," tulisnya dalam riset.
Erni Marsella Siahaan, Senior Equity Research Analyst Ciptadana Sekuritas Asia mencermati manajemen BBNI menerapkan asas kehati-hatian dengan baik, yang terlihat dari peningkatan biaya provisi.
Pada kuartal IV-2024, biaya provisi BBNI meningkat 50% dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi Rp 2,8 triliun. Dia bilang peningkatan biaya provisi ini disebabkan oleh manajemen overlay yang mencapai Rp 500 miliar.
Erni menjelaskan BBNI secara konservatif meningkatkan cakupan provisi untuk berbagai segmen UMKM. Untuk kategori UMKM tahap 2 meningkat dari 20% menjadi 40%. Sedangkan tahap 2 naik dari 60% menjadi 70%.
'Dari sisi likuiditas, terdapat dua sentimen pendongkrak, yaitu ekspektasi penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh Bank Indonesia (BI) dan pertumbuhan CASA dari Wondr," jelasnya.
Tim Riset Bahana Sekuritas memproyeksikan CASA yang akan memainkan peran penting bagi peningkatan kinerja BBNI ke depan. Di mana, CASA akan menjadi menggenjot pertumbuhan BBNI dalam tiga tahun mendatang.
Tim Riset Bahana Sekuritas merekomendasikan beli BBNI dengan target harga Rp 5.825. Ciptadana Sekuritas Asia dan Buana Capital Sekuritas juga merekomendasikan beli dengan masing-masing target harga di Rp 6.300 dan 5.800.
Baca Juga: Penjualan Mobil Astra International Diramal Ngegas, Ini Rekomendasi Saham ASII
Selanjutnya: Jasa Marga Berlakukan Contraflow di Ruas Tol Jagorawi Arah Jakarta, Senin Sore
Menarik Dibaca: Bali Mayoritas Hujan, Waspadai Hujan Petir di 3 Wilayah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News