Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT, anggota indeks Kompas100) terus berupaya memperbaiki kinerja keuangannya di sisa tahun ini. Berbagai langkah diambil oleh emiten pelat merah ini, misalnya dengan divestasi jalan tol.
Berdasarkan berita Kontan.co.id sebelumnya, WSKT berencana melepas konsesi lima ruas tol yang dimilikinya. Dua di antaranya adalah ruas tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono. Dikabarkan sudah ada calon investor asal Hong Kong yang berminat pada kedua ruas tol yang melintasi kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut.
Baca Juga: Tekan utang, Waskita Karya (WSKT) akan terima pencairan proyek turnkey Rp 21 triliun
Analis OCBC Sekuritas Liga Maradona menyebut, dua ruas tol tadi dimiliki oleh WSKT melalui anak usahanya PT Waskita Toll Road dengan porsi 40% di setiap proyek dan total nilai ekuitas sebesar Rp 1,2 triliun.
Menurutnya, WSKT dapat memperoleh tambahan laba bersih sesudah pajak sebesar Rp 900 miliar serta aliran arus kas masuk sebesar Rp 2,5 triliun dari divestasi dua ruas tol tersebut. Potensi perolehan dana yang tinggi dari divestasi tersebut bukan tanpa alasan. “Ruas tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono merupakan tulang punggung jaringan tol Trans Jawa,” tulisnya melalui riset.
Analis Panin Sekuritas Nico Laurens menilai, divestasi dapat menjadi salah satu cara agar WSKT memperoleh pemasukan dana yang lebih cepat. “Upaya ini juga perlu dilakukan guna menekan beban utang perusahaan yang sudah tergolong tinggi,” tambahnya, Senin (23/9).
Asal tahu saja, belum lama ini hasil riset Moody’s Investor Service menunjukkan bahwa ada enam perusahaan pelat merah Indonesia memiliki risiko utang yang mengkhawatirkan. Salah satunya WSKT. Moody’s pun mencatat rasio utang WSKT terhadap ekuitasnya telah mencapai 359,1%.
Untuk menekan risiko tersebut, WSKT tak hanya bergantung pada penjualan konsesi jalan tol. Emiten konstruksi ini juga dapat berharap dari pembayaran dari proyek-proyek infrastruktur dengan sistem turnkey.
Baca Juga: Emiten BUMN Mewaspadai Risiko Utang premium
Beberapa proyek turnkey yang digarap WSKT dijadwalkan selesai pada akhir tahun nanti. Misalnya proyek tol Jakarta-Cikampek Elevated, ruas tol Kunciran-Parigi, serta ruas tol Pematang-Panggang-Kayu Agung-Betung.
Nico berpendapat, selesainya proyek turnkey dapat mempercepat pencairan piutang milik WSKT sehingga kondisi keuangan perusahaan tetap sehat.
WSKT pun tergolong sukses dalam meningkatkan pembayaran piutang. Pasalnya, di semester pertama 2019 lalu pembayaran piutang emiten tersebut meningkat menjadi Rp 20,3 triliun atau naik dari posisi di semester pertama tahun 2018 sebesar Rp 14,1 triliun. Kala itu, WSKT terbantu dari pembayaran proyek turnkey berjumlah Rp 7,5 triliun.
Baca Juga: Dinilai Moody's berisiko, Ini upaya Adhi Karya Tbk (ADHI) jaga rasio utang
Selain itu, adanya sejumlah proyek turnkey yang selesai dapat berdampak positif terhadap pendapatan WSKT, walau harus diakui dampak tersebut belum tentu dirasakan dalam waktu cepat. Apalagi, WSKT banyak menggarap proyek jalan tol yang notabene merupakan bentuk investasi jangka panjang.
“Pendapatan dari jalan tol itu belum bisa terlihat dalam jangka pendek. Semua tergantung pada arus lalu lintas di tol tersebut dan kondisi infrastruktur di sekitarnya,” ungkapnya.
Kendati demikian, ia tetap memandang prospektif proyek-proyek WSKT yang sebentar lagi kelar. Khususnya untuk tol Japek Elevated yang dinilai akan mendatangkan manfaat yang besar bagi perusahaan di waktu mendatang. Sebab, tol tersebut sangat strategis sebagai sarana penyambung antara Jakarta dengan wilayah di sekitarnya.
Nico pun merekomendasikan hold saham WSKT dengan target harga Rp 2.200 per saham.
Baca Juga: Mumpung Tren Suku Bunga Global Rendah, Obligasi Global Jadi Pilihan Emiten
Sementara Liga Maradona merekomendasikan beli saham WSKT dengan target Rp 2.300 per saham. Ia memprediksi pendapatan WSKT akan mencapai Rp 45,86 triliun di akhir tahun ini, sedangkan laba bersihnya mencapai Rp 3,47 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News