Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca melakukan initial public offering (IPO), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) siap memacu kinerja. Emiten terafiliasi Grup Medco ini akan meningkatkan produksi emas dan tembaga miliknya.
Saat ini, AMMN sedang berfokus pada proyek penambangan tambang Batu Hijau fase 7 dan dalam tahap pengembangan tahap 8 yang diperkirakan dapat memperpanjang usia tambang Batu Hijau hingga 2030.
Setelah itu, AMMN akan mempersiapkan proyek eksplorasi Elang untuk memulai operasional penambangan di tahun 2031 hingga 2046.
AMMN juga terus menggenjot pembangunan pabrik pengolahan alias smelter konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga dan lumpur anoda (pemurnian logam mulia) dengan kapasitas input sebesar 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun.
Baca Juga: Punya Kapitalisasi Pasar Terbesar di ASEAN, Nilai Transaksi Harian Bursa Malah Loyo
Penyelesaian smelter ini ditargetkan selesai pada tahun 2024. Sampai dengan verifikasi pada bulan Januari 2023, progres penyelesaian untuk smelter dan pemurnian logam mulia adalah masing-masing 51,6% dan 56,2%.
Nantinya, smelter ini akan mengolah konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang. Smelter akan menghasilkan 222.000 ton katoda tembaga dan 830.000 ton asam sulfat dengan konsentrasi 98,0%. Lalu untuk pemurnian logam mulia akan menghasilkan 18 ton emas batangan (dengan kemurnian emas 99,9%), 55 ton perak batangan (dengan kemurnian perak 99,9%), dan logam mulia lainnya.
Kartika Octaviana, Vice President Corporate Communications & Investor Relations Amman Mineral mengatakan, AMMN berusaha untuk merampungkan pengerjaan smelter ini agar bisa sejalan dengan timeline.
“Kami berupaya targetnya sesuai, tetapi smelter itu gedungnya banyak dan teknologinya saling sambung satu sama lain. Jadi kami harus memastikan bahwa, ya kami mau cepat tetapi juga memperhatikan ketelitian teknis dan keamanan juga menjadi yang utama,” kata Kartika.
Menurut laporan Wood Mackenzie “Copper and Gold Markets and Asset Benchmarking Report” yang terbit pada Mei 2022, tambang Batu Hijau adalah produsen tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, setelah tambang Grasberg yang dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia. Batu Hijau juga memiliki cadangan tembaga terbesar kelima di dunia apabila dikombinasikan dengan Cebakan Elang.
Baca Juga: Emiten Berkapitalisasi Jumbo Masih Bisa Jadi Jagoan
Tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dan emas terbuka konvensional. Bijih dari tambang diproses menjadi konsentrat tembaga, yang juga mengandung emas dan perak sebagai mineral pengikutnya.
Batu Hijau merupakan salah satu tambang tembaga dan emas terbesar di Asia. Konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dijual ke smelter tembaga di Jepang, Korea Selatan, Filipina, India, Indonesia, dan Tiongkok.
Smelter-smelter tersebut juga membeli konsentrat tembaga dari tambang-tambang lain di beberapa negara di Asia. Produsen konsentrat tembaga bersaing dari segi kualitas (kandungan logam dan ketidakmurnian) serta dari segi logistik (biaya transportasi). Harga tembaga dan harga emas mengacu kepada harga pasar internasional, yang terutama ditentukan oleh pasokan dan permintaan pasar.