kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,19   -7,17   -0.77%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren penguatan rupiah masih akan berlanjut pekan depan


Jumat, 24 Januari 2020 / 19:15 WIB
Tren penguatan rupiah masih akan berlanjut pekan depan
ILUSTRASI. Seorang teller PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menghitung uang pecahan Rp100 ribu di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (19/12/2019). Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan nasabah selama Natal 2019 dan Tahun Baru 2020, BNI menyiapkan kas rata-rata Rp16,


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Katalis positif dari dalam negeri diprediksi akan terus menopang tren positif rupiah pada awal pekan depan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan rupiah akan menguat terbatas pada perdagangan Senin (27/1). Penguatan didorong oleh peningkatan permintaan Surat Utang Negara (SUN) oleh investor.

Terbukti, pada lelang SUN Selasa (21/1) total penawaran yang masuk sebesar Rp 94,97 triliun. Jumlah tersebut empat kali lipat lebih banyak dari target indikatif.

Oversubscribe dalam lelang tersebut mengindikasikan tingginya minat investor terhadap pasar Indonesia.

Baca Juga: Menguat di akhir pekan ini, bagaimana proyeksi rupiah pada pekan depan?

“Permintaan obligasi ini terus mendorong penguatan rupiah hingga melewati level supportnya,” jelas Josua pada kontan.co.id Jumat (24/1).

Setali tiga uang, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan rupiah juga akan menguat terbatas.

Menurutnya, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga di angka 5% memperkuat aliran dana yang masuk ke dalam negeri.

Inflow dana dalam negeri menjadi penopang penguatan rupiah,” terangnya.

Baca Juga: Tetap perkasa, rupiah ditutup pada level Rp 13.583 per dolar AS

Walau dinaungi sejumlah sentiment positif dalam negeri, mata uang Garuda tetap harus waspada. Mengingat masih ada ancaman dari segi eksternal.

Pertama, kasus virus corona yang menyebar di China dapat membuat investor menarik diri dari aset berisiko dan mulai masuk ke dalam aset aman.

Rupiah sendiri sebagai aset berisiko dikhawatirkan akan ditinggalkan oleh investor. Selain itu, kelanjutan isu-isu terkait dengan harga minyak dapat menekan harga rupiah.

“Produksi minyak sempat terganggu di Irak dan Libya. Tetapi, terakhir sudah cukup dapat diatasi,” jelas David.

Josua menambahkan, rupiah juga akan terpengaruh oleh volume perdagangan yang cenderung menurun jelang hari raya Imlek.

Baca Juga: Tengah hari, rupiah semakin perkasa di level Rp 13.577 per dolar AS

Josua memprediksi rupiah pada Senin (13/1) menguat dalam rentang Rp 13.525 hingga Rp 13.625 per dolar AS. Sedangkan, David memperkirakan, mata uang Garuda bergerak di kisaran Rp 13.550 hingga Rp 13.650 per dolar AS.

Sekadar informasi, pada Jumat (24/1) rupiah spot ditutup menguat 0,41% ke Rp 13.583 per dolar AS. Terakhir kali rupiah berada di bawah Rp 13.600 adalah Februari 2018 lalu. Kala itu, rupiah berada di level Rp 13.560 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×