kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tren harga minyak WTI masih bullish


Senin, 11 Desember 2017 / 18:09 WIB
Tren harga minyak WTI masih bullish


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sedang tertekan kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS), tren harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) diyakini masih cukup positif. Perpanjangan program pemangkasan yang dilakukan Organization of the Petroleum Exporting Coutries (OPEC) bersama sekutunya hingga akhir tahun 2018 dan kenaikan permintaan diyakini masih mampu menjaga penguatan harga. Harga minyak WTI diperkirakan akan melanjutkan penguatan di tahun 2018.

"Di tahun 2018 mendatang diperkirakan kebutuhan minyak global akan naik menjadi 1,8 juta barel per hari," kata Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).

Menurutnya, tren kenaikan permintaan ini sudah terlihat dari naiknya impor minyak mentah dari China. Badan Administrasi Umum Bea Cukai China mencatat, impor minyak mentah dari China bulan November melonjak menjadi 9,01 juta barel per hari. Hal tersebut semakin memberi sentimen positif di tengah keputusan perpanjangan pemangkasan OPEC sampai akhir tahun.

Kata Deddy satu-satunya katalis negatif yang mampu mempengaruhi pergerakan harga hanya tinggal produksi minyak AS. Seperti yang sudah-sudah naiknya produksi negeri Paman Sam selalu menyebabkan harga minyak WTI terkoreksi.

Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures malah melihat, tren minyak masih bearish. Ia beranggapan, euforia perpanjangan program pemangkasan produksi sudah berpengaruh mengangkat harga beberapa waktu lalu.

Menurut Faisyal, momentum kenaikan harga sudah hilang. "Ekspektasi pengurangan produksi sudah diantisipasi, kecuali ada gejolak di Timur Tengah," terangnya.

Ia memperkirakan, di akhir tahun 2017 ini harga minyak akan jatuh pada kisaran US $ 52-US$ 54 per barel. Sedangkan Deddy melihat harga minyak mampu menguat di rentang US$ 54,80-US$ 59,60 per barel

Sedangkan untuk Selasa (12/12), Deddy menebak harga akan bergerak di kisaran US$ 57,90-US$ 56,30 per barel dan sepekan ke depan bisa berada di rentang US$ 58,60-US$ 55,20. Kemudian Faisyal memperkirakan pada Selasa (11/12) harga minyak mentah berada di area US$ 56,70-US$ 57,80 per barel dan sepekan di kisaran US$ 56-US$ 58 per barel.

Secara teknikal, Deddy melihat saat ini semua indikator masih memberi sinyal penguatan. Harga minyak WTI bergerak di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Kemudian indikator moving average convergence divergence berada di area positif. Indikator relative strength index berada di level 54 dan stochastic di level 49.

Senin (11/12) pukul 15.15 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2017 tercatat melemah 0,30% ke level US$ 57,19 per barel. Dibandingkan sepekan lalu, pelemahannya sudah mencapai 0,49%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×