Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) kembali melanjutkan pelemahan dari harga penutupan pada akhir pekan lalu. Rilis data penambahan rig aktif di Amerika Serikat (AS) oleh Baker Hughes semakin menunjukkan peningkatan produksi minyak. Bertambahnya produksi minyak di negeri Paman Sam kembali menjadi katalis negatif yang menghadang penguatan harga.
Mengutip Bloomberg, Senin (11/12) pukul 15.15 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2018 tercatat melemah 0,30% ke level US$ 57,19 per barel. Dibandingkan sepekan lalu pelemahannya sudah mencapai 0,49%.
Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures mengatakan, penambahan 2 rig aktif menjadi 751 rig pada pekan yang berakhir 8 Desember lalu telah menimbulkan kekhawatiran pasar. Menurutnya dengan jumlah tersebut, rig aktif di negeri Paman Sam sudah hampir mendekati dua produsen minyak terbesar yaitu Arab Saudi dan Rusia.
"Padahal OPEC dan Rusia berencana untuk bertemu pada Juni 2018 untuk melihat kembali efek pemangkasan produksinya. Kalau ada penambahan seperti ini dikhawatirkan pemangkasan produksi akan gugur karena dianggap tidak efektif," paparnya.
Selain karena peningkatan produksi AS, minyak WTI juga mendapatkan tekanan dari tren penguatan dollar AS menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Kata Faisyal, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed semakin menekan harga.
Di lain pihak, Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures justru melihat rencana kenaikan suku bunga AS tak berpengaruh banyak terhadap harga. Menurutnya yang terjadi saat ini adalah tarik menarik sentimen yang membalut pergerakan harga.
Deddy malah menyakini, saat ini secara fundamental minyak WTI masih disokong sentimen positif. Tingginya permintaan dan turunnya produksi negara-negara OPEC dianggapnya masih mampu menjadi penopang penguatan.
"Salah satu sentimen yang membalut harga ini datang dari naiknya impor China di bulan November yang naik ke level 9,1 barel per hari," urainya.
Kemudian dari sisi pasokan, OPEC baru saja merilis produksi di bulan November tercatat turun 300.000 barel per hari. Sentimen positif ditambah lagi ketegangan di Timur Tengah berpeluang mengganggu produksi minyak dari beberapa negara produsen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News