Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring membaiknya tren kasus Covid-19 di Indonesia, pemerintah bersiap mengubah status pandemi menjadi endemi. Secara perlahan, pemerintah mulai melonggarkan mobilitas masyarakat selama masa transisi menuju endemi Covid-19.
Analis fundamental B-Trade Raditya Pradana mencermati, apabila nantinya Covid-19 sudah menjadi endemi, kondisi ini dapat menjadi katalis negatif terhadap emiten-emiten sektor kesehatan karena ada potensi penurunan permintaan.
Untuk PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Kimia Farma Tbk (INAF) misalnya, kedua emiten plat merah itu diproyeksi akan mengalami penurunan pendapatan perusahaan dengan ditiadakannya kebijakan swab/ test antigen untuk keperluan perjalanan menggunakan transportasi umum.
Sementara untuk emiten sektor kesehatan yang bergerak di bisnis pengelolaan rumah sakit seperti SILO dan MIKA, bed occupancy ratio (BOR) berpotensi berpotensi mengalami penurunan.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Sektor Kesehatan yang Masih Menarik
Sepengamatannya, sentimen membaiknya situasi Covid-19 ini jugalah yang menjadi pemberat saham-saham sektor kesehatan sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Jumat (11/3).
Asal tahu saja, menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) secara year to date (ytd) saham sektor kesehatan sudah melorot 1,83%.
"Apalagi jika pemerintah sudah menganggap sebagai endemi, kemungkinan saham-saham sektor kesehatan kembali tertekan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/3).
Kendati dibayang-bayangi katalis negatif, emiten sektor kesehatan sebenarnya memiliki peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mengerek kinerjanya ke depan.
Untuk emiten rumah sakit, dapat memaksimalkan pendapatan dari pasien non-covid. Di sisi lain, emiten rumah sakit juga masih bisa menjadi rujukan pasien-pasien covid yang bergejala berat.
Baca Juga: Emiten Rumah Sakit Masih Menanggung Biaya Pelayanan Pasien Covid, Ini Kata Analis
Sementara untuk emiten farmasi, obat antivirus Covid-19 dinilai bisa menopang kinerja emiten-emiten farmasi ke depan. Apalagi, varian Covid-19 Omicron terkenal lebih cepat penularannya.
Adapun untuk emiten alat kesehatan seperti IRRA, performanya masih akan tertopang permintaan jarum suntik dengan digelarnya vaksinasi dosis ketiga atawa booster.
Walau masih memiliki peluang, Raditya cenderung menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham-saham sektor kesehatan. Di tengah langkah pemerintah mengubah status pandemi menjadi endemi, saham-saham sektor barang konsumen non-primer dan properti khususnya yang memiliki portofolio mal, dipandang lebih menarik.
Situasi endemi akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat dan mengerek tingkat kunjungan ke mal.
Dus, ia lebih menyarankan investor mencermati saham-saham seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS),
PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Saham RALS disarankan hold dengan target harga Rp 750 per saham. ACES direkomendasikan buy dengan target harga Rp 1.200 per saham. Adapun PWON bisa hold dengan target harga Rp 560 per saham.
Senada, Analis Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei, mengungkapkan, adanya transisi ke endemi membuat emiten yang memiliki mal atau pusat perbelanjaan menjadi lebih atraktif karena jumlah pengunjung berpotensi meningkat. Apalagi, bulan depan memasuki momentum puasa sehingga peluang kenaikan akan semakin besar.
Baca Juga: Mencermati Prospek Saham Emiten Rumah Sakit di Tengah Gempuran Omicron
Di sisi lain, emiten-emiten properti dan konstruksi juga mendapat katalis positif dari rencana pembangunan IKN. Mengingat, Presiden Jokowi telah menunjuk kepala otoritas IKN.
Kendati ke depan dibayangi katalis negatif, Jono melihat emiten-emiten sektor kesehatan masih punya peluang. Salah satunya, rendahnya penetrasi layanan kesehatan di luar pulau Jawa. Langkah ke depan terkait rencana ekspansi dan adopsi teknologi bisa dimanfaatkan untuk menjangkau masyarakat.
"Dalam jangka panjang sektor kesehatan memiliki prospek yang bagus sehingga dapat dimanfaatkan investor untuk membeli di harga murah," jelasnya beberapa waktu lalu.
Adapun emiten kesehatan yang menurutnya masih menarik untuk dicermati ada PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Baca Juga: MIKA: Klaim Penanganan Covid-19 yang Belum Dibayar Pemerintah Sebesar 20%-30% di 2021
DGNS bisa diperhatikan karena memiliki layanan genomik, terutama reproduktif genomik yang belum dimiliki pemain lainnya.
Sehingga, layanan ini dapat menjadi keunggulan dan pendorong pertumbuhan DGNS ke depannya.
Secara valuasi, DGNS juga masih terbilang murah. Kendati begitu, saat ini Henan Putihrai Sekuritas masih mengamati dan belum memiliki rekomendasi terhadap DGNS.
Sementara kepada Kontan.co.id sebelumnya, HEAL sempat direkomendasikan dengan target harga Rp 1.320 per saham. HEAL dipandang memiliki potensi pertumbuhan paling tinggi di sektor ini dengan valuasi yang masih murah. Keunggulan utamanya adalah jaringan rumah sakit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan biaya layanan terjangkau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News