Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Optimisme The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga akhir tahun ini menghantam pergerakan mata uang garuda. Di pasar spot, Kamis (29/10) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS melemah 1,03% ke level Rp 13. 619.
Sebaliknya, kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 0,5% ke level Rp 13.562 per dollar AS.
David Sumual, Ekonom Bank Central Asia Tbk mengatakan, pergerakan rupiah searah dengan mata uang regional serta bursa saham. "Pernyataan The Fed dibaca hawkish oleh pasar," ujar David.
Rupiah semakin lunglai lantaran tidak ada sentimen dalam negeri yang menjadi penopangnya. Dari dalam negeri, pergerakan rupiah menunggu data inflasi bulan Oktober serta GDP kuartal III-2015 yang baru akan dirilis pekan depan.
David menduga inflasi bulan Oktober akan kembali membaik yakni mencatat angka deflasi. Akhir tahun, David memprediksi angka inflasi bisa berada di level 3% atau bahkan lebih rendah, di bawah proyeksi pemerintah maupun BI.
Sementara GDP kuartal ketiga diharapkan lebih baik dari kuartal sebelumnya dengan proyeksi antaran 4,7% - 5%. "Kemungkinan di angka 4,9% setelah penjualan semen terlihat meningkat," ujar David. Pergerakan rupiah pada akhir pekan masih akan diwarnai oleh sentimen eksternal terutama data - data ekonomi dari AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News