Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini. Kurs rupiah spot melemah sebesar 0,08% ke Rp 15.242 per dolar AS, Jumat (1/9). Sedangkan kurs rupiah Jisdor melemah 0,1% ke Rp 15.252 per dolar AS.
Dalam sepekan, kurs rupiah spot justru menguat 0,35% dari Rp 15.295 per dolar AS pada Jumat (25/8). Kurs rupiah Jisdor juga menguat 0,29% dalam sepekan dari Rp 15.297 per dolar AS pada Jumat pekan lalu.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan, pelemahan rupiah di perdagangan kemarin lantaran data inflasi Indonesia bulan Agustus yang lebih rendah dari perkiraan. Hal tersebut menaikkan ekspektasi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga lebih awal.
Sementara untuk sepekan, rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS. Hal ini didorong pelemahan serangkaian data ekonomi AS, khususnya tenaga kerja.
"Namun penguatan masih terbatas, tertekan oleh data ekonomi China yang juga lebih lemah," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (1/9).
Baca Juga: Meski Meningkat pada Agustus, Inflasi Diramal Akan Melandai hingga Akhir Tahun
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana sepakat bahwa penguatan rupiah pekan ini didorong sentimen global lantaran indeks dolar mengalami penurunan. Penurunan sejumlah data ekonomi AS mendorong kekhawatiran bahwa akan ada resesi di AS.
"Di sisi lain, ada hal positif bahwa kenaikan lanjutan Fed rate akan tertahan sehingga daya tawar dari negara-negara emerging, khususnya yang selama ini tertekan karena adanya interest rate diferensial yang mengecil jadi lebih positif," kata Fikri.
Sementara dari domestik, pekan ini terdapat data money supply dan inflasi. Dari kedua data tersebut, dia melihat terbukanya ruang untuk penurunan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
"Hanya saja, BI agak menahan diri sampai rupiah stabil," lanjut Fikri.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,098% ke Rp 15.252 Per Dolar AS Pada Jumat (1/9)
Untuk pekan depan, sentimen Fed Rate masih akan berlanjut. Menurut Fikri, pasar masih berekspektasi Fed Funds Rate berada di level yang sama. Dengan begitu, dia memproyeksikan indeks dolar masih relatif tertekan.
Namun, ia mengingatkan US Treasury berpotensi mengalami kenaikan di September ini. Fikri menilai, jika US Treasury naik dan jumlah penerbitan lebih banyak maka pasar akan memilih aset yang lebih likuid, yakni dolar AS sehingga bisa mendorong penguatannya.
Untuk awal pekan depan, Lukman memperkirakan pergerakan rupiah akan tergantung pada dolar AS yang mulai rebound menjelang rilis data tenaga kerja AS NFP. Kemungkinan data tenaga kerja ini juga akan lebih lemah seperti halnya Jolts dan ADP.
Baca Juga: Rupiah Menguat Sepekan Akibat Pelemahan Serangkaian Data Ekonomi AS
"Apabila ini terjadi maka rupiah diperkirakan akan kembali menguat. Minggu depan, investor perlu mengantisipasi data ISM Service AS dan data cadangan devisa Indonesia," sambung dia.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dengan rentang Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS dalam sepekan ke depan dan di Senin (3/9) akan bergerak di kisaran Rp 15.200 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS.
Fikri juga memperkirakan rupiah bergerak di Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS pekan depan dan di awal pekan pada kisaran Rp 15.089 per dolar AS-Rp 15.289 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News