Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Terkait data gross domestic product (GDP) kuartal ketiga, meskipun Menteri Keuangan (Menkeu) sudah memastikan perekonomian nasional masuk ke jurang resesi, pasar masih menunggu sedalam apa penurunan GDP ini bisa terjadi.
Apakah kontraksi yang terjadi akan sesuai dengan pernyataan Menkeu yang memproyeksi GDP akan terkontraksi di kisaran -1% sampai – 2,9%.
Namun jika setelah rilis data ekonomi dan juga jika ditunjang oleh kebijakan pemerintah untuk merelaksasi PSBB, ditambah kepastian mengenai pengesahan omnibus law, Bernadus memproyeksi pekan ketiga bulan Oktober 2020 dapat menjadi momentum yang bagus bagi pasar modal Indonesia.
Sebab, ia memperkirakan skenario terburuk (worst scenario) secara makroekonomi yang berdampak pada kinerja perusahaan, yakni pada kuartal kedua dan ketiga 2020, sudah terlewati.
Baca Juga: Masuk kuartal IV-2020, bagaimana sebaiknya mengatur portofolio investasi?
Sehingga di pekan ketiga Oktober hingga akhir bulan ini, IHSG memiliki kecederungan untuk menguat. “Dan jika menembus MA100 di level 4.994, bisa melaju hingga resisten selanjutnya di 5.140 dan mengikuti tren histori IHSG yang cenderung naik di Oktober,” ujar Bernadus saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/10).
Pada pekan pertama Oktober 2020 ini, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga memperkirakan IHSG akan cenderung sideways di range yang cukup lebar, support di level 4.881-4,754 dan resistance di level 4.991-5.075.
Dari global, berita Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara AS yang terinfeksi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar.