Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan mengalami volatilitas yang sangat tinggi akibat pandemi virus corona. Terlebih pada kuartal III-2020, dampak pandemi serta ancaman perlambatan ekonomi semakin nyata. Pasar saham yang sempat rebound kembali terpukul, pasar obligasi pun mengalami peningkatan risiko.
Memasuki kuartal IV-2020, seperti apa sebaiknya para investor menyusun portofolio investasi mereka?
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, instrumen saham masih menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik dikoleksi saat ini. Hanya saja, saham jadi pilihan untuk jangka panjang. Pasalnya, bila kasus Covid-19 menurun, bisnis membaik, dan inflasi naik di masa depan, instrumen saham akan semakin membaik.
Selain itu, secara umum, valuasi saham saat ini masih dinilai masih belum terlalu mahal. Dalam penyusunan instrumen investasi saham, Farash menilai sebaiknya investor bisa menggunakan kombinasi antara saham yang bersifat defensif dan punya peluang rebound yang signifikan.
“Saham defensif itu bisa seperti consumer goods dan telekomunikasi. Sementara untuk saham yang akan rebound signifikan ketika pemulihan ekonomi meliputi perbankan, otomotif, komoditas, semen, dan ritel. Paling penting, memilih saham yang fundamentalnya kuat dan punya likuiditas yang tinggi,” kata Farash kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/10).
Baca Juga: Usai jadi instrumen juara hingga triwulan III, harga emas diramal masih bakal naik
Sementara untuk pasar obligasi, Farash merekomendasikan untuk menggunakan obligasi sebagai portofolio dengan sasaran investasi jangka menengah. Dari berbagai pilihan yang ada, Farash menilai Exchange Trade Fund (ETF) obligasi 5 tahun bisa jadi pilihan. Hal ini dikarenakan ETF obligasi memiliki volatilitas yang tidak tinggi, likuiditas yang tinggi, dan menawarkan kupon tiap enam bulan.
Farash mencermati, pasar reksadana juga saat ini memiliki kondisi yang baik. Terlebih, pertumbuhan investor individu justru sangat tinggi di saat melambatnya investor institutional dan asing.
“Sepertinya di satu sisi, pandemi ini juga mendorong kesadaran pentingnya investor individu untuk menghadapi ketidakpastian mencukupi kebutuhan hidup di masa depan. Investasi reksadana yang mudah dan terjangkau pun pada akhirnya menjadi pilihan bagi masyarakat,” tambah Farash.
Memasuki kuartal IV-2020, Farash menilai, sentimen yang akan memengaruhi pasar investasi meliputi pengumuman resesi ekonomi di berbagai negara, pemilu Amerika Serikat, serta perkembangan kasus Covid-19 dan vaksinnya. Kendati demikian, Farash optimistis pada akhir tahun, yakni sekitar November-Desember akan terjadi rebound.
Adapun untuk portofolio investor, Farash merekomendasikan untuk usia muda sebaiknya lebih berfokus pada investasi jangka panjang dengan porsi saham mencapai 80%-90%, sementara pasar uang dan pendapatan tetap masing-masing 5%-10%.
Sementara untuk usia menengah, bisa lebih seimbang dengan porsi saham 50%-60%, pendapatan tetap 30%, dan pasar uang 10%-20%. Lalu untuk usia tua, sebaiknya fokus di pasar uang dengan porsi 80%-90%, pasar uang dan pendapatan tetap masing-masing 5%-10%.
Selanjutnya: IHSG minggu depan diramal masih dipengaruhi sentimen yang sama dengan pekan lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News