Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukuk Ritel seri SR019 diburu di tengah masa ketidakpastian. Volatilitas pasar saham dan obligasi mendorong investor untuk melirik instrumen investasi yang rendah risiko.
Minat investor terlihat dari capaian penjualan SR019 dengan total penjualan sebesar Rp 25,33 triliun yang berhasil mengumpulkan 62.083 investor. Dimana total penjualan SR019 tenor 3 tahun (SR019T3) sebesar Rp 17,54 triliun dan SR019 tenor 5 tahun (SR019T5) sebesar Rp 7,79 triliun.
Capaian penjualan SR019 lebih tinggi dibandingkan seri SR yang diterbitkan pada periode awal tahun 2023 yaitu SR018 dengan capaian penjualan kala itu sebesar Rp 21,49 triliun. Jumlah investor juga merupakan yang tertinggi untuk produk SBN ritel tradable di tahun ini.
Tak hanya itu, antusiasme masyarakat terhadap SR019 yang ditawarkan sejak 1–20 September tercermin dari penambahan kuota penjualan SR019 yang awalnya sebesar Rp 20 triliun menjadi Rp 25,5 triliun.
Baca Juga: Penjualan SR019 Capai Rp 25,33 triliun, Jumlah Investor Tembus 62 Ribu
Pemerintah telah melakukan tiga kali penyesuaian kuota penjualan selama masa penawaran SR019 berlangsung. Pertama, kuota penjualan SR019 untuk tenor 3 tahun ditambah menjadi Rp 15 triliun dari Rp 10 triliun, sementara kuota penjualan untuk tenor 3 tahun dipangkas menjadi Rp 8 triliun dari Rp 10 triliun.
Kedua, kuota penjualan SR019-T3 ditambah lagi menjadi Rp 17 triliun sementara kuota penjualan SR019-T5 masih Rp 8 triliun. Ketiga, kuota penjualan SR019 tenor 3 tahun kembali ditambah Rp 500 miliar menjadi Rp 17,5 triliun, sedangkan kuota penjualan SR019 tenor 5 tahun tetap sebesar Rp 8 triliun.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Fajar Dwi Alfian menilai, masyarakat masih memburu sukuk ritel utamanya karena imbal hasil yang ditawarkan masih lebih tinggi dibandingkan suku bunga deposito di bank manapun.
Seperti diketahui, SR019 tenor 3 tahun (SR019-T3) menawarkan kupon tetap sebesar 5,95% per tahun, sementara SR019 tenor 5 tahun (SR019-T5) menawarkan kupon tetap sebesar 6,1% per tahun.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Terbitkan 2 Produk SBN Ritel Lagi Sebelum Tutup Tahun
“Volatilitas pasar saham dan obligasi yang masih tinggi juga mendorong investor untuk beralih ke instrumen yang cenderung lebih aman seperti Sukuk Ritel, meskipun terdapat risiko penurunan harga di pasar sekunder,” kata Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/9).
Fajar menyoroti, pasar finansial bergerak volatile akibat kenaikan yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang disebabkan oleh rilis data ekonomi AS yang masih cukup baik, terutama data tenaga kerja dan inflasi. Kenaikan harga energi terutama minyak bumi juga membuat inflasi diperkirakan bakal kembali menanjak menuju akhir tahun.
The Fed yang diperkirakan masih akan hawkish turut menjadi sentimen negatif. Bank sentral AS tersebut menyatakan dalam rilis FOMC Dot Plot terbarunya bahwa The Fed masih akan ada potensi kenaikan suku bunga acuan satu kali lagi di tahun ini.
“Kemudian pandangan terhadap ekonomi juga masih sangat hawkish, di mana data tenaga kerja masih akan cukup kuat dan pertumbuhan ekonomi masih tinggi,” tambah Fajar.
Baca Juga: Penawaran Berakhir, SR019 Tenor Pendek Jadi Favorit
Fajar memperkirakan, penjualan obligasi ritel negara ke depannya berpeluang akan sangat sengit dan memperebutkan dana di perbankan. Saat ini, tingkat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang rendah dibandingkan dengan kredit membuat likuiditas perbankan mulai mengalami pengetatan, meskipun masih di level longgar. Selain itu, bank-bank mulai menaikkan tingkat suku bunga deposito,.
Namun demikian, saat ini terdapat sentimen kenaikan yield obligasi AS 10 tahun yang kembali menyentuh rekor baru sejak tahun 2007. Hal tersebut telah membuat yield obligasi Indonesia juga mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
“Sehingga situasi ini berpotensi mengerek kupon SBN ritel yang akan ditawarkan ke depannya,” ucap Fajar.
Baca Juga: Rekomendasi Instrumen Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi Global 2023
Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, pemerintah rencananya akan menerbitkan dua produk SBN ritel lagi yaitu ORI024 dan ST011 di akhir tahun ini. Penerbitan SBN hingga akhir tahun nantinya akan tergantung pada perkembangan kebutuhan pembiayaan negara.
Adapun jadwal penerbitan (tentatif) untuk ORI024 pada 9 Oktober 2023 dan masa penawarannya (tentatif) akan berlangsung hingga 2 November 2023. Sementara, Sukuk Tabungan seri ST011 akan mulai ditawarkan tanggal 3 sampai dengan 29 November 2023.
Dwi menilai, antusiasme yang tinggi dari masyarakat terhadap SR019 karena instrumen investasi ini memiliki risiko yang relatif sangat kecil dan memiliki karakteristik yang bisa menguntungkan investor ritel.
“SR019 dapat menjadi instrumen yang cocok bagi masyarakat karena karakteristiknya yang aman, menguntungkan, pemesanan mudah dan terjangkau, sesuai prinsip syariah, dan dapat diperjualbelikan di pasar sekunder,” ujar Dwi kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News