Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih mencatat penurunan kinerja hingga akhir kuartal III 2025. Rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) dinilai menjadi faktor penting yang akan menentukan pemulihan kinerja perusahaan telekomunikasi pelat merah tersebut.
Sepanjang Januari hingga September 2025, Telkom membukukan pendapatan Rp 109,61 triliun atau turun 2,31% secara tahunan (yoy). Laba bersih ikut terkoreksi 10,69% yoy menjadi Rp 15,78 triliun.
Pada kuartal III 2025, Telkom hanya mencatat pendapatan stagnan di kisaran Rp 36,6 triliun, naik tipis 0,7% dibanding kuartal sebelumnya.
Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, menyebut basis pelanggan Telkomsel tetap kuat dengan 157,6 juta pelanggan. Sementara pelanggan IndiHome segmen business-to-customer (B2C) tumbuh 9,4% yoy menjadi 10,3 juta pengguna.
Baca Juga: Prospek Telkom Indonesia (TLKM) Ditopang Rencana Spin Off, Cek Rekomendasi Analis
“Namun ARPU terus menurun akibat monetisasi broadband yang masih lambat dan persaingan harga yang semakin ketat,” ujarnya dalam riset 14 November 2025.
Peningkatan kapasitas infrastruktur jaringan dinilai ikut menopang konsumsi data. Total base transceiver station (BTS) Telkomsel meningkat 7,1% yoy menjadi 288.295 unit.
Meski begitu, Sukarno menilai margin keuntungan masih tertekan karena biaya operasional yang lebih tinggi dan turunnya pelanggan legacy.
Telkom juga tengah melakukan transformasi model bisnis melalui restrukturisasi aset jaringan.
Sekitar 56% infrastruktur fiber optik, termasuk 83.000 km jaringan backbone dan 500.000 km jaringan akses, akan dialihkan ke entitas baru, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau Infranexia.
Baca Juga: Simplifikasi Produk Dorong Kinerja Telkom Indonesia (TLKM) pada Semester II-2025
“Inisiatif ini membuka peluang efisiensi dan monetisasi aset fiber secara lebih optimal serta menjadi jalan menuju IPO,” lanjut Sukarno.
Analis Samuel Sekuritas, Jason Sebastian, memproyeksikan jumlah pelanggan Telkomsel bakal naik menjadi 162 juta pada 2026, ditopang penyederhanaan paket layanan dan pemanfaatan kecerdasan buatan untuk personalisasi pengalaman pengguna.
“ARPU diperkirakan stabil di Rp 45.300 pada 2025 karena persaingan di luar Jawa semakin intensif,” kata Jason dalam riset 17 November 2025.
Dari sisi kualitas jaringan, Telkomsel kembali mencatat kecepatan unduh tercepat di pasar Indonesia dengan 26,3 Mbps, merebut posisi puncak yang sempat diambil XL pada 2022. Namun untuk kecepatan unggah, Telkomsel berada di posisi ketiga dengan 10,4 Mbps, di bawah ISAT, IM3, dan Tri.
Analis OCBC Sekuritas, Gani, menilai Telkom kini fokus pada restrukturisasi dan efisiensi untuk mendorong nilai aset, mulai dari infrastruktur jaringan hingga pusat data.
Ia melihat ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan belanja modal dan potensi peningkatan dividen dapat membatasi prospek pertumbuhan saham TLKM. “Ada indikasi potensi kenaikan harga saham yang terbatas ke depan,” ujar Gani, Senin (29/12).
Baca Juga: Telkom Indonesia (TLKM) Siapkan Program Magang dan Uang Saku Untuk Fresh Graduate
Sukarno memproyeksikan Telkom mampu meraih pendapatan Rp 151,5 triliun dan laba bersih Rp 24,2 triliun pada 2025. Adapun tahun 2024, pendapatan Telkom berada di angka Rp 150 triliun dengan laba bersih Rp 23,6 triliun.
Dari sisi rekomendasi saham, Sukarno dan Jason menyarankan investor mempertahankan (hold) TLKM dengan target harga masing-masing Rp 4.000 dan Rp 3.700 per saham.
Sementara Gani memberikan rekomendasi beli (buy) dengan target harga Rp 4.200 per saham.
Selanjutnya: Terjawab! Penyebab Harga Saham SINI Meroket 269%, Orang Terkaya RI Masuk
Menarik Dibaca: Daftar 5 Film Dengan Durasi Pendek di Bawah 100 Menit Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













