Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis inti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) terus melemah walaupun rata-rata pendapatan per pengguna atau Average Revenue Per User (ARPU). Namun strategi spin off anak usaha akan menjadi penopang bisnis TLKM ke depan.
Melansir laporan keuangan per September 2025, TLKM membukukan pendapatan sebesar Rp 109,61 triliun. Angka ini turun 2,31% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 112,21 triliun.
Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk TLKM juga turun 10,69% YoY dari Rp 17,67 triliun menjadi Rp 15,78 triliun per September 2025.
Baca Juga: Mengupas Langkah Transformasi Telkom Indonesia (TLKM)
Selama periode Juli–September 2025, ARPU Telkomsel mencapai Rp 43.400 atau naik 5,2% secara kuartalan. Namun secara akumulasi dari awal tahun, ARPU Telkomsel mencapai Rp 42.400 atau turun 4,7% YoY.
Sementara itu ARPU IndiHome di kuartal III-2025 saja mencapai Rp 209.800 atau turun 3,3% secara kuartalan. Selama sembilan bulan, ARPU IndiHome sebesar Rp 216.700, yang juga turun 9,4% YoY.
Equity Research Analyst Samuel Sekuritas Jason Sebastian memproyeksikan, ke depan pendapatan TLKM akan tumbuh tipis di level low single digit di kisaran 2,8% atau mencapai Rp 152 triliun pada 2026.
“Ini karena penurunan bisnis legacy yang lebih cepat dari perkiraan dan kompetisi ketat di segmen fixed broadband yang masih membebani performa jangka pendek,” tulisnya dalam riset yang dirilis Senin (17/11/2025).
Baca Juga: Telkom Indonesia (TLKM) Siapkan Program Magang dan Uang Saku Untuk Fresh Graduate
Meski begitu, emiten Danantara ini telah merancang beberapa aksi korporasi untuk meningkatkan profitabilitas jangka panjang. Ini termasuk spin-off PT Telkom Infrastruktur Indonesia alias Infranexia.
Tak hanya itu, TLKM juga sedang mencari investor strategis global untuk mendukung bisnis pusat datanya serta ada rencana pengurangan jumlah anak usaha dari 61 menjadi sekitar 19–20 entitas.
Jason memproyeksikan berbagai inisiatif tersebut, bersama dengan proyeksi peningkatan data menjadi 16,5 GB per bulan dan tambahan pendapatan dari penyewaan Infranexia diperkirakan akan mendongkrak kinerja TLKM di masa depan.
“Monetisasi aset dan pembentukan data center dengan potensi investor strategis global, kami memperkirakan sentimen pasar akan membaik ke depan,” jelas Jason.
Senior Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menambahkan spin-off Infranexia dapat menjadi katalis pertumbuhan karena membuka peluang monetisasi infrastruktur dan potensi re-rating setelah IPO.
Baca Juga: Telkom (TLKM) Spin Off Bisnis Serat Optik, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
Meski begitu, Sukarno menilai potensi dari tekanan terhadap ARPU, persaingan yang ketat, belanja modal tinggi, perubahan teknologi serta regulasi dan intervensi pemerintah yang berpotensi menurunkan potensi harga TLKM.
Namun Kiwoom Sekuritas menggerek target harga TLKM dari Rp 3.200 menjadi Rp 4.000 dengan rekomendasi hold. Sedangkan, Samuel Sekuritas menurunkan rekomendasi TLKM menjadi hold dengan target harga Rp 3.700.
Pada akhir perdagangan Selasa (18/11), TLKM parkir di level Rp 3.620 per saham atau menguat 0,28% dibanding dengan penutupan hari sebelumnya. Namun sepanjang 2025 berjalan ini, saham TLKM sudah menguat 33,58%.
Selanjutnya: Ramalan Karier Zodiak Tahun 2026, Sagitarius dan Capricorn Harus Tetap Fokus!
Menarik Dibaca: Ramalan Karier Zodiak Tahun 2026, Sagitarius dan Capricorn Harus Tetap Fokus!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













