kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

TELE menunda penerbitan obligasi Rp 2 triliun


Selasa, 30 Desember 2014 / 18:26 WIB
TELE menunda penerbitan obligasi Rp 2 triliun
ILUSTRASI. Isi RUU Kesehatan 2023 yang disahkan oleh DPR pada Selasa (11/7/2023) menjadi pro dan kontra di kalangan nakes.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) tengah ragu mengeluarkan surat utang. Tadinya TELE berencana menerbitkan obligasi sebesar Rp 2 triliun pada Januari 2015, namun aksi tersebut sepertinya akan diundur.

"Pasar masih belum kondusif saat ini," ungkap Samuel Kurniawan, Sekretaris Perusahaan TELE, kepada KONTAN, Selasa, (30/12).

Ia menyebut, TELE akan menunggu sampai kondisi pasar membaik. Pasalnya, TELE mengincar kupon di bawah 10% untuk obligasinya. Namun, Samuel belum bisa menjamin kapan penerbitan obligasi tersebut.

Meski tak jadi menerbitkan obligasi dalam waktu dekat, TELE masih memiliki opsi sumber pendanaan lain. Samuel mengatakan, pihaknya tengah dalam pembahasan dengan beberapa untuk memperoleh pinjaman sindikasi sebesar Rp 2,5 trilun. Sayangnya, ia enggan menjawab bank mana saja yang akan mengucurkan kreditnya ke produsen ponsel ini. TELE akan menggunakan dana tersebut untuk melakukan pembiayaan kembali atau refinancing.

Sampai akhir September lalu, TELE memeluk utang bank jangka pendek sebesar Rp 1,9 triliun. Rinciannya sebesar Rp 605,66 diperoleh dari PT Bank DBS Indonesia, Rp 400 miliar dari Standard Chartered Bank, Rp 386,03 miliar dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), Rp 327,63 miliar dari The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd, Rp 159,83 miliar dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan Rp 30 miliar dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Pada kuartal ketiga, TELE mengantungi laba Rp 240,57 miliar. Angka tersebut naik 21,49% dari Rp 198,01 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laba per sahamnya pun terkerek dari Rp 37 menjadi Rp 41.

Pendapatannya mampu melesat 45,84% dari Rp 6,98 triliun menjadi Rp 10,18 triliun. Pendapatan voucher dan kartu perdana berkontribusi terbesar Rp 6,31 triliun. Lalu telepon selular Rp 3,61 triliun, komisi Rp 251,57 miliar, serta jasa perbaikan Rp 695 juta. Namun, beban pokok pendapatannya melonjak 46,78% dari Rp 6,54 triliun menjadi Rp 9,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×