Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Avanty Nurdiana | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) akhirnya memilih skema refinancing yaitu mencari pinjaman baru untuk membayar utangnya yang lama. Saat ini, TELE sudah mengantongi pinjaman senilai Rp 2,5 triliun.
Ada empat bank yang berkolaborasi untuk memberi pinjaman ke emiten ritel telepon seluler dan voucer pulsa ini. Yaitu Standard Chartered Bank, Hongkong Shanghai Banking Corporation cabang Jakarta, PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).
Dalam surat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, kemarin (19/6), Sekretaris Perusahaan TELE Semuel Kurniawan menjelaskan, pinjaman itu terdiri dari pinjaman dalam rupiah Rp 1,87 triliun dan fasilitas utang dalam dollar AS sebesar US$ 47 juta.
Jika menggunakan patokan Rp 13.324 per dollar AS, maka fasilitas pinjaman dalam dollar AS itu setara dengan Rp 626,22 miliar. "Penandatanganan perjanjian fasilitas tersebut telah kami lakukan pada 17 Juni lalu," terang Semuel.
Emiten ini membutuhkan dana segar untuk pembiayaan kembali utang alias refinancing. Maklum, per 31 Maret 2015 total kewajiban TELE naik 22% menjadi Rp 3,06 triliun dari akhir tahun lalu yang hanya Rp 2,51 triliun.
Kewajiban naik karena peningkatan utang bank untuk pembelian barang dagangan Tiphone. Padahal, kondisi ekonomi sedang lesu sehingga penjualan TELE terganggu. Dus, total persediaan milik TELE meningkat 64%. Per kuartal I 2015 total persediaan TELE sebesar Rp 1,55 triliun, naik dari Rp 948,68 miliar pada akhir tahun lalu.
Mengacu laporan keuangan kuartal I 2015 TELE, utang bank jangka pendek sebesar Rp 2,31 triliun. Padahal, per akhir 2014, utang tersebut masih Rp 1,72 triliun. Sedangkan utang bank jangka panjang tetap Rp 15,78 miliar.
Selain mengandalkan pinjaman bank, sejatinya TELE memiliki opsi pendanaan lain. Opsi tersebut adalah menerbitkan surat utang alias obligasi. TELE berencana menggelar penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi senilai Rp 2 triliun. Sayangnya, di awal tahun ini, aksi tersebut urung dilakukan karena kondisi pasar kurang kondusif. Tingkat suku bunga acuan juga belum turun. "TELE mengincar kupon di bawah 10% untuk obligasi," ujar Semuel.
Sementara peringkat TELE dari Pefindo masih idA. Pada kuartal I lalu, kinerja TELE terbilang moncer. Pendapatan naik 35,33% menjadi Rp 4,06 triliun. Sedangkan laba bersih melonjak 40,7% menjadi Rp 85,46 triliun. Kemarin, harga TELE naik 1,54% menjadi Rp 990 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News