kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

TELE Menggosok Kocek Voucer Pulsa Isi Ulang


Rabu, 03 Juni 2015 / 07:45 WIB
TELE Menggosok Kocek Voucer Pulsa Isi Ulang
ILUSTRASI. A man holds an Egyptian flag as Ever Given, one of the world's largest container ships, is seen at the Suez Canal after the canal authority reached a settlement with the vessel's owner and insurers, in Egypt's Great Bitter Lake in Ismailia, Egypt, July 7, 2021. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh


Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) mencatatkan kinerja keuangan memuaskan di awal tahun ini. Pada kuartal I 2015, TELE mengantongi pendapatan bersih Rp 4,1 triliun.

Kontribusi terbesar pendapatan TELE berasal dari penjualan voucher isi ulang pulsa sebesar Rp 2,3 triliun atau naik 21% year-on-year (yoy). Sedangkan penjualan ponsel TELE menanjak 59% (yoy) menjadi Rp 1,75 triliun. Dari sini, penjualan voucer menyumbang 56% total pendapatan Tiphone Mobile.

Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto menilai penjualan ponsel saat ini kalah pamor dibandingkan bisnis voucher isi ulang pulsa yang lebih stabil. Konsumsi masyarakat Indonesia yang masih tergolong boros untuk pemakaian pulsa menyebabkan permintaan voucer isi ulang jauh lebih stabil ketimbang penjualan ponsel.

Strategi ini terus dimainkan TELE. Demi menancapkan eksistensinya di bisnis voucer, pada kuartal I 2015, TELE mengakuisisi distributor voucher isi ulang, PT Simpatindo Multi Media (SMM) senilai US$ 32 juta. Simpatindo adalah pemasok voucher Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

TELE mendistribusikan beberapa merek ponsel terkenal seperti Samsung, LG, Sony, iPhone dan BlackBerry. David bilang pasar ponsel saat ini tak semenarik dulu, dimana produsen didukung distributor berlomba menjual ponsel high-end. Masyarakat kini cenderung membeli ponsel di kisaran harga Rp 2 juta. Dus, meski tumbuh tinggi, bisnis ponsel TELE kurang prospektif di kuartal I 2015.

Sedangkan bisnis voucer memiliki porspek pertumbuhan bagus. Simpatindo, perusahaan yang baru saja diakuisisi TELE bisa menjadi pendongkrak pendapatan perusahaan. Simpatindo diprediksi bisa menyokong pendapatan Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun sampai akhir tahun ini.

Analis Maybank Kim Eng Securities, Emanuella Clarissa, menilai market share TELE untuk penjualan voucer Telkomsel naik dari 12% ke 20%. Market share ini diprediksi meningkat hingga akhir 2015 menjadi 50%. “Pendapatan dari penjualan voucer akan tumbuh 27% di akhir 2015 berkat pertambahan market share distribusi voucer Telkomsel,” kata dia, dalam riset pada 31 Maret 2015.

Sejak 2014, TELE dan TLKM sudah berkongsi. TLKM masuk lewat PINS Indonesia dengan membeli 25% saham TELE. Wujud kerjasama ini menyiapkan bundel ponsel berkartu Telkomsel sebagai kompensasi migrasi pelanggan Flexi ke Telkomsel.

TLKM berencana menggenjot penggunaan kartu Telkomsel. Tahun ini, TLKM menargetkan mengajak 3 juta pelanggan ponsel feature atau ponsel berteknologi 2G bermigrasi ke smartphone atau 3G. Kemungkinan, Telkom akan membundel kartu Telkomsel di merek ponsel yang didistribusikan TELE. “Dampak bundling ponsel ini, TELE diproyeksikan akan menaikan pendapatan bisnis ponsel sebesar 35% hingga akhir 2015,” ungkap Clarissa.

Dia merekomendasikan buy TELE dengan target Rp 1.200. David juga menyarankan buy dengan target Rp 1.250. Adapun analis Credit Suisse Securities Priscilla Tjitra merekomendasikan outperform di Rp 1.250. Harga TELE, pada Senin (1/6), menyusut 2,39% ke Rp 1.020 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×