kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.747   21,00   0,13%
  • IDX 8.417   46,45   0,55%
  • KOMPAS100 1.166   6,42   0,55%
  • LQ45 850   5,80   0,69%
  • ISSI 294   1,08   0,37%
  • IDX30 445   1,55   0,35%
  • IDXHIDIV20 514   5,58   1,10%
  • IDX80 131   0,59   0,45%
  • IDXV30 137   0,45   0,33%
  • IDXQ30 142   1,41   1,00%

Tekanan Jual Tinggi, Bitcoin Melanjutkan Tren Koreksi


Senin, 17 November 2025 / 18:46 WIB
Tekanan Jual Tinggi, Bitcoin Melanjutkan Tren Koreksi
ILUSTRASI. Harga Bitcoin anjlok hingga extreme fear.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin sempat menghapus seluruh kenaikan harga yang dicatatkan sejak awal tahun 2025, menyusul aksi jual besar-besaran di pasar kripto sepanjang akhir pekan.

Melansir Cointelegraph pada Senin (17/11/2025) pukul 18.15 WIB, harga Bitcoin BTC saat ini berada di sekitar US$ 95,568. Nilai ini melemah 0,43% secara harian dan 9,80% dalam sepekan.

Fyqieh Fachrur Analis Tokocrypto menyebut, harga Bitcoin di awal pekan ini melemah karena tekanan sentimen pasar yang kian negatif. Bitcoin bahkan sempat turun hingga ke level $93.000, yang memicu turunnya Indeks Fear & Greed ke angka 10 atau zona ketakutan ekstrem.

Baca Juga: Bitcoin Bertahan di Dekat Level Terendah Enam Bulan

“Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaku pasar tengah menghindari risiko, sehingga tekanan jual meningkat dan harga cenderung bergerak melemah,” jelas Fyqieh kepada Kontan, Senin (17/11/2025).

Selain itu, dalam dua pekan terakhir, ETF Bitcoin mencatat outflow lebih dari US$ 2,3 miliar. Kondisi ini menandakan melemahnya permintaan dari investor institusional.

Dari sisi makro, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed juga melemah. Peluang penurunan suku bunga pada Desember 2025 merosot dari lebih 80% menjadi sekitar 44%, sehingga investor beralih ke aset yang lebih aman dan menjauhi aset berisiko seperti kripto.

Fyqieh memproyeksi tren pergerakan harga Bitcoin dalam sepekan ke depan cenderung masih berada dalam fase tekanan korektif, dengan risiko penurunan lanjutan yang relatif lebih besar selama sentimen pasar belum membaik.

Apalagi dengan kondisi pasar saat ini yang berada pada kondisi extreme fear, teknikal juga menunjukkan pola bearish seperti death cross, dan beberapa support kuat sudah ditembus.

Baca Juga: Dihantam Tekanan Global, Bitcoin Nyaris Nol Kenaikan Sejak Awal 2025

“Kondisi seperti ini biasanya membuat harga lebih rentan terhadap pelemahan tambahan sebelum stabil atau berbalik arah,” lanjutnya.

Namun, dia mencermati peluang terjadinya rebound tetap ada apabila harga mampu bertahan di zona support kuat, khususnya area US$ 89.000 – US$ 91.000 yang menjadi titik minat beli secara historis. Sebab dari sisi psikologis, kawasan itu berpotensi memunculkan aksi akumulasi baru dari pelaku pasar jangka panjang.

Meskipun saat ini pasar tengah berada dalam fase koreksi, Fyqieh menjelaskan ada beberapa sentimen positif masih berpotensi menopang harga Bitcoin di sisa tahun ini dan tahun 2026.

Faktor pertama yang paling berpengaruh adalah kebijakan moneter global. Jika pada beberapa bulan mendatang The Fed mulai memberikan sinyal lebih jelas mengenai penurunan suku bunga, maka minat investor terhadap aset berisiko seperti Bitcoin bisa saja meningkat.

Dari sisi adopsi institusional, arus modal ke instrumen seperti spot Bitcoin ETF berpotensi kembali menguat ketika volatilitas mereda dan sentimen pasar membaik. Sejauh ini, meskipun terjadi outflow, kapasitas ETF sebagai pintu masuk bagi investor besar tetap menjadi faktor struktural yang mendukung harga Bitcoin dalam jangka panjang.

Selain itu, faktor fundamental Bitcoin sendiri, terutama pasca-halving 2024, masih menjadi narasi bullish yang kuat menuju 2026.

Baca Juga: Harga Bitcoin Terkoreksi ke Bawah US$ 100.000, Simak Faktor Pemicunya

Dari sisi makro dan geopolitik, ketidakpastian global seperti melemahnya nilai mata uang fiat di beberapa negara, tingginya inflasi, atau meningkatnya minat terhadap aset digital sebagai lindung nilai juga dapat mendorong permintaan Bitcoin.

“Kombinasi faktor-faktor tersebut membuat prospek jangka menengah hingga panjang Bitcoin tetap konstruktif, meskipun pasar jangka pendek saat ini masih dibayangi tekanan korektif,” jelasnya.

Melihat kondisi pasar Bitcoin yang masih berada dalam fase koreksi dengan sentimen ketakutan ekstrem, Fyqieh bilang proyeksi harga hingga akhir tahun cenderung berada dalam rentang yang lebih lebar dan konservatif.

Saat ini Bitcoin bergerak di sekitar area US$ 93.000 – US$ 95.000, dengan beberapa support kuat di kisaran US$ 89.000 – US$ 91.000. Jika level-level ini dapat bertahan, Bitcoin berpeluang stabil dan membentuk dasar harga baru untuk pemulihan jangka pendek menuju area US$ 98.000 – US$ 100.000 dalam beberapa minggu ke depan.

Namun, apabila tekanan jual yang dipicu oleh outflow ETF, kondisi makro, atau likuidasi lanjutan kembali meningkat, maka harga Bitcoin berpotensi menguji support yang lebih rendah.

Dalam skenario bearish, kisaran bawah yang perlu diperhatikan berada di area US$ 85.000 – US$ 88.000, yang merupakan batas psikologis penting sekaligus area invalidasi bagi skenario pemulihan jangka pendek. Penembusan level tersebut bisa memperlebar risiko penurunan yang lebih dalam.

Selanjutnya: BSI Dukung Transformasi Digital Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Aplikasi MASA

Menarik Dibaca: Panorama Jalur Jakarta-Bandung jadi Daya Tarik, Pelanggan KA Parahyangan Naik 41,75%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×