kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.398.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Harga Bitcoin Terkoreksi ke Bawah US$ 100.000, Simak Faktor Pemicunya


Jumat, 14 November 2025 / 16:42 WIB
Harga Bitcoin Terkoreksi ke Bawah US$ 100.000, Simak Faktor Pemicunya
ILUSTRASI. Bitcoin anjlok di bawah US$100.000. Analis Tokocrypto jelaskan faktor pemicu: outflow ETF, profit-taking LTH, dan tekanan makro. Simak prospeknya!


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bitcoin mengalami koreksi yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan pantauan situs coinmarketcap.com, harga bitcoin melemah 6,04% dalam 24 jam terakhir ke level US$ 97.367,83 pada Jumat (14/11/2025) pukul 16.03 WIB.

Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, koreksi harga bitcoin hingga ke level di bawah US$ 100.000 merupakan hasil akumulasi tekanan yang bersamaan dari arus keluar institusional, guncangan makro, pelemahan teknikal, dan sentimen pasar yang jatuh ke titik terendah dalam enam bulan terakhir.

Pemicu paling besar tetap berasal dari outflow raksasa ETF Bitcoin Spot yang dalam beberapa hari terakhir mencapai lebih dari US$ 866 juta, sehingga memaksa penjualan ribuan BTC ke pasar dalam kondisi likuiditas yang menipis. Hal ini membuat tekanan jual meningkat secara mekanis.

Baca Juga: Harga Bitcoin Terus Melemah, Analis: Masih Berpotensi Turun ke US$93.000

Namun, koreksi harga bitcoin tidak hanya soal arus keluar ETF, melainkan bagian dari kejatuhan pasar kripto secara keseluruhan, di mana kapitalisasi pasar global anjlok dari US$ 4,28 triliun menjadi US$ 3,27 triliun, atau level terendah dalam enam bulan.

Hal yang menarik menurut Fyqieh adalah data terkini justru menegaskan bahwa sebagian pemegang bitcoin jangka panjang atau long-term holder (LTH) dan whales juga mulai ambil untung, sesuai pola historis bahwa puncak pasar bullish sering muncul 12–18 bulan setelah halving.

"Artinya, kali ini bukan hanya ETF yang melepas posisi, tetapi juga investor besar yang memanfaatkan momentum untuk profit-taking setelah mengantisipasi puncak harga sejak Oktober," ujar dia, Jumat (14/11).

Dia menambahkan, secara makro, sentimen di pasar bitcoin cenderung negatif. Harapan pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2025 memudar setelah pernyataan hawkish pejabat bank sentral dan kekhawatiran inflasi akibat shutdown pemerintah AS.

Baca Juga: Ada Aksi Jual dan Outflow ETF, Harga Bitcoin Terkoreksi

Minimnya rilis data CPI dan tenaga kerja turut menciptakan ketidakpastian. Kondisi ini membuat investor lebih defensif dan menekan aset berisiko.

Tekanan pasar juga diperparah oleh momen kedaluwarsa opsi BTC dan ETH senilai US$ 4,7 miliar yang menyebabkan volatilitas tinggi dan penurunan volume perdagangan.

Rasio put-call yang naik, bahkan mencapai 1,10 pada BTC, mengindikasikan para trader banyak memasang posisi lindung nilai untuk mengantisipasi penurunan lebih dalam, terutama menuju area US$ 95.000 atau bahkan US$ 92.000.

"Pada saat yang sama, likuidasi besar-besaran lebih dari US$ 1,1 miliar dalam 24 jam mendorong penurunan harga secara lebih tajam," imbuh dia.

Secara umum, Fyqieh menyebut prospek harga bitcoin pada masa mendatang masih berada dalam fase tarik-menarik antara tekanan jangka pendek dan potensi pemulihan jangka menengah.

Dalam waktu dekat, peluang kenaikan masih terbatas karena tekanan makro, harapan pemangkasan suku bunga The Fed yang memudar, likuidasi besar-besaran, serta arus keluar ETF masih mendominasi sentimen pasar.

Baca Juga: Takut di Pasar Kripto: Dari Weak Hands ke Strong Hands, Apa Artinya?

Sentimen positif jangka menengah tetap ditopang oleh adopsi institusional lewat ETF, pola historis siklus halving, serta akumulasi holder jangka panjang yang secara umum masih kuat.

Di sisi lain, sentimen negatif yang menahan harga bitcoin antara lain risiko makro global, ketidakpastian regulasi, penurunan volume perdagangan, serta rotasi dana institusi ke aset lain seperti Solana dan XRP.

"Kombinasi inilah yang membuat pergerakan bitcoin saat ini cenderung volatil dan sensitif terhadap data makro serta aliran dana ETF," terang Fyqieh.

Lantas, Fyqieh menyebut, konsensus berbagai analis memproyeksikan harga bitcoin berada di kisaran US$ 120.000–US$ 150.000 hingga akhir 2025 dengan skenario moderat.

Selanjutnya: Yield SBN Naik, Tekanan Outflow Asing Masih Jadi Beban

Menarik Dibaca: Mapple Finance Menempati Puncak Kripto Top Gainers saat Pasar Ambles

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×