Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG) akan mengerem ekspansi tahun ini. Perusahaan penyewaan menara ini hanya akan melakukan ekspansi organik.
Direktur Keuangan TBIG Helmi Yusman Santoso mengatakan, TBIG akan menambah sekitar 2.000-3.000 tenant atau penyewaan pada tahun ini. Hal ini seiring rencana penambahan sekitar 1.500 hingga 2.000 menara. "Untuk akuisisi, kami belum mempunyai rencana lagi," ungkapnya, belum lama ini.
Helmi masih enggan menyebut besaran anggaran belanja modal (capex) untuk mendukung ekspansi tahun ini. Namun, setidaknya TBIG membutuhkan dana sekitar Rp 2 triliun untuk membangun hingga 2.000 menara. Perhitungannya, perseroan memerlukan dana sekitar Rp 1 miliar untuk membangun sebuah menara. TBIG akan mengandalkan kas internal dan pinjaman bank untuk mendanai ekspansi tahun ini.
Hingga September 2014, TBIG memiliki 18.802 penyewaan dan 11.868 site telekomunikasi. Dari jumlah itu, terdapat 10.623 menara telekomunikasi, 967 shelter-only, dan 96 jaringan DAS.
Hingga kuartal III-2014, TBIG mengantongi laba bersih Rp 1,17 triliun. Jumlah itu naik 37,94% ketimbang periode yang sama tahun 2013. Peningkatan laba ditopang pertumbuhan pendapatan yang juga menanjak 24,61% menjadi Rp 2,43 triliun. TBIG optimistis, pendapatan di akhir 2014 tumbuh di atas 20%.
Analis DBS Vickers Securities William Simadiputra dalam riset 6 Februari 2015 menyebutkan, kondisi fundamental TBIG kuat. William menilai, akuisisi terhadap PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) akan berdampak positif bagi TBIG.
Sejauh ini, hubungan TBIG dengan para operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia cukup baik. Ini peluang besar bagi perseroan melakukan ekspansi penyewaan menara, serta memungkinkan harga sewa stabil.
Menurut William, perseroan ini telah berhasil mempertahankan rasio sewa 1,6 kali dalam tiga tahun terakhir. Ia memperkirakan, TBIG akan mempertahankan rasio sewa sebesar 1,6 kali sepanjang tahun 2015 hingga 2017, meski ada konsolidasi dengan Mitratel. Sebab, rasio sewa rata-rata Mitratel hanya 1,1 kali. Rasio sewa Mitratel rendah karena hanya melayani penyewaan dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau klien yang terkait saja.
Proyeksi William, menara TBIG akan bertambah rata-rata 12,2% sepanjang 2015- 2017. Pertumbuhan kuat pada menara TBIG terkait perluasan jaringan yang tengah gencar dilakukan TLKM. Apalagi, TLKM telah mengalokasikan capex cukup besar untuk mengembangkan jaringan.
Meski TBIG mampu mempertahankan fundamental solid, William menghitung, valuasi saham TBIG sudah premium. Ia merekomendasikan hold dengan target Rp 10.400 per saham. Jumat (6/2) harga saham TBIG naik 2,73% ke level Rp 10.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News