Reporter: Dikky Setiawan, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan emiten baru lagi. PT Pinago Utama Tbk (PNGO) akan mencatatkan saham di BEI pada 31 Agustus mendatang.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit ini telah mengantongi pernyataan efektif penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dari Otoritas Jasa Keuangan pada 13 Agustus. Oleh karena itu, Pinago akan menggelar penawaran umum pada tanggal 18,19, dan 24 Agustus.
Perusahaan yang berdiri pada 1979 ini akan melepas sebanyak-banyaknya 156,25 juta saham baru ke publik dengan nilai nominal Rp 80 per saham. Jumlah saham ini sekitar 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum.
Baca Juga: Pengamat: IPO Pertamina bakal berdampak pada kemampuan subsidi dan inti bisnis
Pinago menetapkan harga penawaran Rp 250 per saham, atau di rentang atas kisaran awal Rp 180-Rp 280 per saham. Dengan harga tersebut, Pinago akan meraup dana segar Rp 39,06 miliar.
Bambang Palgoenadi, Direktur Utama Pinago Utama sebelumnya mengatakan akan menggunakan seluruh dana IPO untuk modal kerja.
Modal kerja tersebut, antara lain, untuk pembelian pupuk, pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Sawit dan pembelian Bahan Olahan Karet (Bokar) yang berasal dari masyarakat. “Selain itu untuk pembayaran kontraktor untuk biaya sewa alat berat dan konstruksi,” kata Bambang dalam siaran pers, Rabu (29/7).
Penjamin pelaksana emisi IPO Pinago adalah Panin Sekuritas. Tanggal penjatahan IPO ditetapkan pada 26 Agustus dan distribusi saham secara elektronik pada 28 Agustus 2020.
Baca Juga: Kinerja emiten saham gocap ini diproyeksi akan membaik, mana saja?
Bisnis sawit dan karet
Pinago Utama mengelola 17.656 hektare (ha) yang terdiri atas perkebunan kelapa sawit seluas 13.969 ha dan perkebunan karet seluas 3.960 ha.
Sekitar 81% perkebunan kelapa sawit dan 77% perkebunan karet merupakan area tanaman menghasilkan. Pinago Utama membukukan produksi TBS sebesar 158.587 tons dari kebun inti dan kebun plasma atau meningkat sebesar 20% rata-rata tahunan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Untuk hasil karet kering berupa lateks dan lump adalah sebesar 3.658 tons, menurun sebesar 10% rata-rata tahunan sebagai dampak replanting dan fenomena fussicoccum (penyakit gugur daun) yang melanda hampir seluruh perkebunan karet di Indonesia.
Selain perkebunan kelapa sawit dan karet, Pinago Utama juga mengelola industri pengolahan kelapa sawit dan karet, yaitu pabrik Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas olah 120 tons TBS per jam.
Produksi CPO dan Palm Kernel (PK) mencapai masing-masing sebesar 94.436 tons dan 21.656 tons di tahun 2019 dengan pertumbuhan rata-rata tahunan dalam tiga tahun terakhir sebesar 3% dan 5%. Sedangkan produksi CRF dan RSS masing-masing sebesar 45.017 tons dan 2.471 tons di tahun 2019, turun 5% dan 11% pada periode 2017-2019.
Baca Juga: Sukses IPO, aset Bhakti Agung Propertindo (BAPI) melonjak ke Rp 630 miliar
Pabrik Crumb Rubber (CRF) dengan kapasitas 6.000 ton per bulan, pabrik Ribbed Smoke Sheet (RSS) dengan kapasitas 600 ton per bulan. Produk olahan karet berupa Crumb Rubber dan Ribbed Smoke Sheet diekspor ke pasar luar negeri sedangkan produk CPO dan PK dipasarkan di dalam negeri. Seluruh lokasi perkebunan kelapa sawit dan karet serta industri pengolahan terletak di kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.
Dengan komitmen zero waste dan ramah lingkungan, Bambang menjelaskan, Pinago Utama mengelola limbah hasil olahan pabrik kelapa sawit dengan memproduksi pupuk granule bio organic dengan kapasitas produksi 35.000 ton per tahun dan mengoperasikan fasilitas bio-gas untuk menyediakan bahan baku energi pengganti solar. “Dengan bersertifikasi ISPO dan ISO, Perusahaan berkomitmen untuk menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan dan lestari serta terus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan,” ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan per 2019, Pinago Utama membukukan penjualan senilai Rp 1,78 triliun atau naik 5,32% dari tahun sebelumnya senilai Rp 1,69 triliun. Laba bersih merosot 43,24% karena perubahan metode pembukuan menjadi Rp 21 miliar pada 2019 dari tahun sebelumnya Rp 37 miliar.
Baca Juga: Beri perlindungan investor, SRO siapkan papan khusus dan finalisasi aturan ganti rugi
Sementara itu, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tercatat naik 6,0% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 194 miliar pada 2019 dari sebelumnya Rp 183 miliar. Adapun margin EBITDA pada 2019 dan 2018 tercatat sebesar 10,9%.
Total aset Pinago mencapai Rp 1,46 triliun dengan total kewajiban dan ekuitas masing-masing sebesar Rp 1,01 triliun dan Rp 448 miliar per 31 Desember 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News