Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas melanjutkan tren kenaikan selama tiga hari berturut-turut pada hari Rabu (5/3). Tren bullish harga emas didorong oleh meningkatnya permintaan safe-haven di tengah penerapan tarif impor baru oleh Amerika Serikat (AS).
Pada hari Kamis (6/3), harga emas kembali menguat dan diperdagangkan di kisaran level US$ 2.924 per ons troi.
Di lain sisi, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dapat menjadi faktor yang membatasi pergerakan bullish emas, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha menjelaskan, faktor fundamental yang mendukung kenaikan harga emas adalah kebijakan tarif AS oleh Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 3.000 Menjadi Rp 1.706.000 Per Gram, Kamis (6/3)
Tarif sebesar 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada mulai berlaku pada hari Selasa, bersamaan dengan kenaikan tarif impor China yang meningkat menjadi 20%.
"Ketegangan perdagangan global semakin meningkat, mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, termasuk emas," kata Andy dalam riset yang dibagikan, Kamis (6/3).
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam wawancara dengan Fox News, menyatakan bahwa Trump dapat mempertimbangkan kembali kebijakan tarif dalam waktu 48 jam setelah penerapannya, tergantung pada kepatuhan terhadap aturan USMCA.
Meskipun demikian, laporan dari New York Times menyebutkan bahwa Trump secara pribadi bertekad untuk mempertahankan tarif tersebut.
Selain itu, harga emas juga didukung oleh meningkatnya ketidakpastian geopolitik setelah AS menghentikan bantuan militer ke Ukraina.
Ketegangan politik antara AS dan Ukraina meningkat setelah perdebatan antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dalam negosiasi perdamaian.
Di lain sisi, lanjut Andy, Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, saat ini berada di sekitar 105,70, sedikit lebih tinggi karena meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Obligasi bertenor 2 tahun dan 10 tahun masing-masing memiliki imbal hasil sebesar 3,98% dan 4,25%.
Baca Juga: Prospek Emas Diperkirakan Kian Mengkilap Di Tengah Peningkatan Tensi Perang Dagang
Kenaikan dolar AS dapat menjadi faktor yang menekan harga emas. Namun, dolar masih menghadapi tekanan akibat kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS dan dampak tarif baru terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Pelaku pasar berspekulasi bahwa Trump pada akhirnya mungkin akan mengurangi kebijakan tarifnya untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut pada perekonomian domestik," tutur Andy.
Dengan kombinasi faktor teknikal dan fundamental yang telah disebutkan, Andy memprediksi bahwa emas masih berpotensi untuk melanjutkan kenaikan dalam jangka pendek. Namun, investor tetap perlu mewaspadai kemungkinan koreksi harga jika tekanan dari dolar AS dan imbal hasil obligasi terus meningkat.
Secara teknikal, berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average, tren bullish emas masih cukup kuat.
"Proyeksi teknikal menunjukkan bahwa XAU/USD berpotensi naik hingga level 2.929 sebagai target kenaikan terdekat. Namun, jika harga emas gagal menembus level tersebut dan mengalami pembalikan (reversal), maka penurunan dapat terjadi hingga level 2.897," pungkas dia.
Selanjutnya: BMKG: Cuaca Jelang Lebaran Masih akan Diwarnai Hujan, tapi Durasi Lebih Singkat
Menarik Dibaca: Jadwal Buka Puasa Surabaya dan Sekitarnya 6 Maret 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News