Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) diproyeksikan masih menghadapi sejumlah tantangan di tahun 2025.
Sebagai catatan, kinerja Astra Agro tercatat tumbuh di tahun 2024. AALI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias laba bersih sebesar Rp 1,14 triliun di tahun 2024. Laba AALI naik 8,67%% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp1,05 triliun.
Kenaikan laba itu didorong pertumbuhan pendapatan bersih di tahun 2024. Sepanjang tahun lalu, AALI mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 21,81 triliun, naik 5,15% secara tahunan (yoy) dari Rp 20,74 triliun di tahun 2023.
Secara rinci, segmen minyak sawit mentah dan turunannya menyumbang Rp 20,18 triliun ke pendapatan tahun 2024. Lalu, segmen inti sawit dan turunannya berkontribusi Rp 1,62 triliun dan segmen lainnya Rp 11,36 miliar.
Dengan raihan laba tersebut, AALI bakal membagikan dividen final sebesar Rp 184 per saham dari laba bersih tahun 2024. Hal tersebut telah disetujui para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin (28/4).
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Anggarkan Capex Rp 1,5 Triliun, Fokus Replanting
Asal tahu saja, AALI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias laba bersih sebesar Rp 1,14 triliun di tahun 2024. Laba AALI naik 8,67% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp1,05 triliun.
Dari laba bersih tersebut, sebesar Rp 268 per saham dibagikan sebagai dividen tunai. Sebanyak Rp 84 per saham sudah dibayarkan sebagai dividen interim pada tanggal 24 Oktober 2024. Lalu, dividen sebesar Rp 184 per saham itu akan dibayarkan pada tanggal 28 Mei 2025.
Lalu, sisa dari laba bersih tersebut akan dibukukan sebagai laba ditahan perseroan.
Replanting
Di tahun 2025, AALI menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,4 triliun - Rp 1,5 triliun di tahun 2025.
Corporate Secretary Astra Agro Lestari, Tingning Sukowignjo mengatakan, capex itu dianggarkan salah satunya untuk penanaman kembali alias replanting. “Biaya ini kita coba kembangkan dengan harapan produktivitas meningkat,” ujarnya dalam paparan publik RUPS AALI, Senin (28/4).
Presiden Direktur AALI Djap Tet Fa mengatakan, AALI melakukan replanting rerata sebesar 4.000 - 5.000 hektare per tahun. Keputusan itu merupakan langkah besar yang dilakukan perseroan dan menjadi komitmen untuk terus meningkatkan produktivitas.
“Kita tahu bahwa kita butuh waktu untuk menanam sawit. Butuh kesabaran dan harapannya strategi ini meningkatkan target produksi di tahun-tahun mendatang,” ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
Tet Fa menuturkan, AALI saat ini memiliki total area tertanam sebesar 284.800 hektar dengan lahan yang sudah dilakukan peremajaan sebanyak 5.052 ha per Desember 2024.
AALI pun tak menutup kemungkinan untuk melakukan akuisisi lahan, meskipun masih akan fokus meningkatkan produksi lahan eksisting. Yang jelas, AALI mengaku tidak akan melakukan akuisisi lahan dengan cara deforestasi hutan.
“Akuisisi ini melihat apakah ada strategic fit dengan perusahaan, apakah ada sinergi operasional yang bisa dikaitkan dengan daerah operasional kami,” tuturnya.
Baca Juga: Astra Agro (AALI) Bagikan Dividen Final Rp 184 per Saham dari Laba Bersih Tahun 2024
Tantangan
Di sisi lain, AALI juga mendapat tantangan dengan masuknya perseroan ke daftar dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 36 Tahun 2025 sebagai tindak lanjut Perpres No 5 Tahun 2025 tentang Penertiban Kawasan Hutan. Satgas Penertiban Hutan (PKH) juga diberitakan telah melakukan pendataan dan penertiban terhadap lahan perkebunan sawit yang tertanam di kawasan hutan.
Melansir SK tersebut, ada beberapa anak usaha AALI yang tercatat punya permohonan terkait lahan produksinya. PT Ekadura Indonesia yang beroperasi di Riau punya permohonan untuk lahan seluas 232 hektare, dengan total 101 hektare berproses dan 131 hektare ditolak.
PT Sari Lembah Subur yang beroperasi di Riau punya permohonan untuk lahan seluas 202 hektare, dengan total 183 hektare berproses dan 19 hektare ditolak. PT Sawit Asahan Indah yang beroperasi di Riau punya permohonan untuk lahan seluas 362 hektare, dengan total 358 hektare berproses dan 4 hektare ditolak.
PT Surya Indah Nusantara Pagi yang beroperasi di Kalimantan Tengah punya permohonan untuk lahan seluas 1.855 hektare, dengan total 1.742 hektare berproses dan 113 ditolak. Lalu, PT Tunggal Perkasa Plantation yang beroperasi di Riau punya permohonan untuk 1.280 hektare, dengan 706 hektare berproses dan 574 ditolak.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, list di SK Kemenhut itu akan berdampak pada penurunan produksi CPO. Di sisi lain, hal itu juga bisa meningkatkan biaya operasional, mengingat adanya perubahan regulasi bisa mengakibatkan terkenanya sanksi atau denda.
Secara prospek, kinerja AALI di tahun 2025 sebenarnya bisa lebih pada stabil, mengingat harga CPO juga sudah mulai melandai. Namun, secara produksi akan ada potensi gangguan, karena AALI diisukan masuk dalam satgas PKH.
“Walaupun begitu, masih ada permintaan yang stabil dari program B40 yang masih bisa berpotensi menjaga kinerja top line,” ujar Azis kepada Kontan, Senin (28/4).
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Astra Agro Lestari (AALI) Meningkat di 2024, Ini Pendorongnya
Azis pun merekomendasikan trading buy untuk saham AALI dengan target harga di Rp 6.200 - Rp 6.300 per saham.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, kinerja AALI di semester I bisa didorong oleh komitmen pemerintah untuk program B40-B50.
Meskipun begitu, tantangan untuk kinerja emiten sawit juga masih beragam, mulai dari volatilitas harga CPO yang bisa membuat penjualan emiten berkurang.
“Dengan adanya list Satgas PKH ini juga merupakan tantangan dari domestik untuk kinerja AALI,” ungkapnya kepada Kontan, Senin (28/4).
Direktur Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe melihat, kinerja produksi AALI di tahun 2025 tentu akan terdampak dari aktivitas Satgas PKH. Meskipun begitu, seberapa besar dampaknya ke kinerja AALI perlu menunggu pernyataan resmi dari perseroan.
Di sisi lain, jika harga rerata jual (average selling price/ASP) CPO AALI naik, kinerja perseroan kemungkinan akan terkerek di tahun ini. Sebagai gambaran, ASP AALI di tahun 2024 senilai Rp 12.883 per kilogram, naik 15,6% year on year (YoY).
Kiswoyo pun merekomendasikan beli saham AALI dengan target harga Rp 6.500 per saham.
Selanjutnya: Paus Baru akan Terpilih di Kapel Sistina, Saksi Keindahan Karya Michelangelo
Menarik Dibaca: Tren Kejahatan Siber 2025: Email Phising Berkeliaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News