Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan pendapatan Rp 21,81 triliun pada tahun 2024, meningkat 5,16% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20,74 triliun.
Kenaikan ini terutama didorong oleh segmen minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang berkontribusi Rp 20,18 triliun. Segmen inti sawit dan turunannya menyumbang Rp 1,62 triliun, sementara segmen lainnya tercatat senilai Rp 11,36 miliar.
Beban pokok pendapatan AALI turut mengalami kenaikan menjadi Rp 18,47 triliun dari Rp 17,97 triliun pada tahun sebelumnya.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Catat Produksi TBS 3,4 Juta Ton per November 2024
Dengan demikian, laba kotor perusahaan naik 20,55% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 3,34 triliun. Sementara itu, laba bersih AALI meningkat 8,67% yoy menjadi Rp 1,14 triliun.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menilai bahwa kinerja AALI dipengaruhi proporsi tanaman yang berada dalam usia produktif 4-15 tahun serta tanaman yang sudah tergolong tua.
Produksi tandan buah segar (TBS) pada November 2024 mengalami penurunan, yang berdampak langsung terhadap produksi CPO perusahaan.
Menurut Fath, pasar masih menanti kejelasan mengenai strategi ekspansi AALI ke depan. Jika kondisi ini berlanjut, produksi perusahaan berisiko stagnan atau terus menurun.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Hadapi Perkara Hukum Terkait Tumpang Tindih Lahan
“Keadaan ini dapat memberikan sentimen negatif tambahan apabila harga CPO juga mengalami koreksi,” ujarnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan, menilai bahwa meskipun ada tantangan produksi, kinerja AALI pada tahun 2024 masih terbantu oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO serta efisiensi biaya operasional.
Namun, Darma menyoroti replanting dan kondisi cuaca sebagai faktor pemberat kinerja perusahaan tahun lalu.
“Replanting tanaman sawit yang telah melewati masa produktif menyebabkan stagnasi produksi. Selain itu, curah hujan tinggi akibat La Nina turut menghambat proses replanting dan berdampak pada produksi,” jelasnya.
Berdasarkan data RTI, saham AALI mengalami penurunan 17,48% dalam setahun terakhir dan turun 4,84% secara year to date. Darma menilai, stagnasi produksi CPO dan fluktuasi harga menjadi penyebab utama pelemahan saham perusahaan.
Baca Juga: Genjot Kinerja, Astra Agro Lestari (AALI) Remajakan Tanaman Sawit
Meski demikian, ia melihat adanya peluang rebound jika produksi kembali meningkat setelah masa replanting selesai dan tanaman baru memasuki fase produktif. Kenaikan harga CPO juga dapat menjadi katalis positif bagi kinerja AALI.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menambahkan bahwa saham AALI masih berada dalam tren penurunan untuk jangka menengah.
Oleh karena itu, prospek pemulihan saham perusahaan akan sangat bergantung pada peningkatan produksi dan strategi efisiensi yang diterapkan AALI sepanjang tahun ini.
Selanjutnya: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 3.000 Per Gram Sabtu (22/2/2025)
Menarik Dibaca: Promo Subway Fomo Deals 21-22 Februari 2025, Tiga Pilihan Menu Hanya Rp 30.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News